kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.503.000   7.000   0,47%
  • USD/IDR 15.511   28,00   0,18%
  • IDX 7.760   25,02   0,32%
  • KOMPAS100 1.205   3,50   0,29%
  • LQ45 961   2,42   0,25%
  • ISSI 234   1,13   0,48%
  • IDX30 494   1,12   0,23%
  • IDXHIDIV20 593   1,74   0,29%
  • IDX80 137   0,38   0,27%
  • IDXV30 142   -0,50   -0,35%
  • IDXQ30 164   0,08   0,05%

Pasar menanti kabar laba emiten


Kamis, 02 Februari 2017 / 10:59 WIB
Pasar menanti kabar laba emiten


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Masih banyak ketidakpastian yang terjadi di pasar saham, baik dari sentimen domestik ataupun global. Meski demikian, performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diproyeksi masih lebih baik daripada tahun lalu, terdorong dari kenaikan laba bersih emiten.

Kemarin, IHSG akhirnya mendarat di zona hijau setelah turun 0,05% secara year to date pada hari sebelumnya. Bangkitnya harga komoditas menjadi katalis positif pertumbuhan beberapa sektor saham.

Mandiri Sekuritas memperkirakan, IHSG bisa mencapai level 5.800 di akhir 2017. Level IHSG ini mencerminkan PER tahun 2017 sebesar 14,8 kali.

Adrian Joezer, Equity Strategist Mandiri Sekuritas, mengatakan, di tengah naiknya tingkat ketidakpastian global, pertumbuhan laba emiten akan berpengaruh pada pertumbuhan pasar tahun ini.  Tahun lalu, performa IHSG juga terdorong oleh kenaikan laba bersih (earning) emiten yang mencapai 12%.

Adrian memperkirakan, pertumbuhan laba bersih emiten tahun ini, termasuk laba sektor perbankan, bisa meningkat menjadi 15%. Proyeksi laba bersih emiten dari Mandiri Sekuritas ini masih lebih rendah dari proyeksi konsensus sebesar 19%.

Pasalnya masih ada beberapa ketidakpastian kondisi politik dalam negeri. Adrian bilang, pertumbuhan IHSG juga berkorelasi erat dengan realisasi penyerapan belanja pemerintah.

Ekonom Mandiri Sekuritas Leo Putra Rinaldy memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia di 2017 mencapai 5,1%, cuma naik tipis dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahun lalu di 5%, karena daya beli masyarakat diperkirakan masih melambat.

Selain itu masih ada tekanan inflasi. Sementara, tingkat kenaikan upah minimum tahun ini lebih kecil dibandingkan kenaikan upah pada tahun 2016 lalu.

Ekonom Senior UBS Invesment Bank Edward Teather juga menilai, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini masih akan landai. Ia memprediksi pertumbuhan ekonomi riil di 2017 sebesar 4,8% dan baru akan meningkat menjadi 5,2% pada 2018.

Adanya rencana kenaikan suku bunga The Fed dan perlambatan ekonomi China akan mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Teather menilai, Bank Indonesia tidak memiliki ruang luas untuk melakukan pelonggaran moneter dengan menurunkan suku bunga acuan, karena akan dibatasi oleh harga minyak yang lebih tinggi.

Adrian mengatakan, ada dua tema yang bisa menjadi dasar pemilihan saham. Pertama, saham-saham yang akan terdorong dari kenaikan harga komoditas.

Sektor yang terpapar sentimen positif dari kenaikan harga komoditas adalah konsumer, ritel, media dan perbankan. Pertumbuhan pendapatan sektor konsumer dinilai punya korelasi besar dengan kenaikan harga CPO.

Tapi Adrian tidak merekomendasikan saham komoditas meski laba bersihnya tumbuh tertinggi. Apalagi saham komoditas sudah lebih dulu naik sejak harga komoditas naik di kuartal IV-2016.

Kedua, saham-saham yang terdorong naiknya belanja modal BUMN. Belanja modal BUMN ditargetkan Rp 600 triliun atau naik 44% yoy, setara dengan 29% dari belanja pemerintah.

Delapan saham yang menjadi pilihan Mandiri Sekuritas adalah GGRM, INDF, TLKM, MAPI, SCMA, PTPP, WIKA dan BBTN.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Efficient Transportation Modeling (SCMETM) Penerapan Etika Dalam Penagihan Kredit Macet

[X]
×