Reporter: Dityasa H Forddanta |
JAKARTA. PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) memiliki agenda untuk menggelar initial public offering (IPO) anak usahanya yang bergerak di sektor perkebunan, yaitu PT Bumiraya Investindo.
Namun, melihat kondisi pasar yang sedang goyah seperti ini, manajemen memilih untuk tidak gegabah mengeksekusi perhelatan tersebut.
Awalnya, IPO bakal dilaksanakan pada triwulan III tahun ini. "Tapi, melihat pasar seperti ini, kami wait and see," jelas Stefanus Joko Mogoginta, Direktur Utama AISA, saat ditemui seusai kegiatan RUPSLB AISA, Jumat (30/8).
Selain kondisi pasar, manajemen juga mempertimbangkan kondisi harga komoditas global yang belum sepenuhnya pulih. Meski harga komoditas belakangan ini mulai merangkak naik, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk mengeksekusi IPO.
Hingga hari ini, Joko juga belum bisa mengungkapkan berapa porsi saham yang bakal dilepas. Dengan kata lain, AISA juga belum menunjuk sekuritas mana yang bakal menjadi underwriter IPO Bumiraya Investindo.
"Intinya, kami tunggu hingga iklim investasi membaik," pungkas Stefanus.
Tapi, tampaknya IPO ini memang tinggal menunggu masalah waktu. Pasalnya, opsi IPO diambil setelah manajemen menilai perhelatan IPO lebih menguntungkan dibanding divestasi Bumiraya Investindo.
Pada kesempatan sebelumnya, Sjambirie Loe selaku Direktur Keuangan AISA mengatakan, divestasi itu dilakukan apabila penanaman lahan sudah mencapai 34.000 hektare (ha). AISA juga bisa meraup dana US$ 340 juta dari hasil spin off. Ini dengan asumsi harga lahan US$ 10 juta per ha.
Tapi, AISA lebih memilih IPO. Sebab, Sjambiri menilai, IPO lebih menguntungkan dibanding divestasi aset. Dengan IPO, AISA bisa mendapat kontribusi dalam jangka panjang. Bumiraya pun juga bisa meraih dana segar untuk aksi korporasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News