Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri kripto sepanjang tahun ini cenderung bergerak stagnan. Bitcoin misalnya, harganya sejauh ini selalu naik turun dalam kisaran US$ 38.000-US$ 43.000. Setiap penguatan tajam, selalu diiringi dengan koreksi, sementara setiap koreksi dalam diiringi dengan penguatan.
Namun, Bitcoin pada hari ini, Kamis (28/4) pukul 16.10 WIB berada di level US$ 39.744,91 per BTC. Level tersebut tercatat telah turun hingga 16,67% secara year to date.
Dengan kondisi market kripto yang belum terlalu bergairah, beberapa investor memilih untuk melakukan stacking guna memaksimalkan return. Stacking sendiri merupakan metode mengunci aset kripto di dompet digital pada sebuah platform exchange dengan durasi tertentu, misalnya seminggu, sebulan, tiga bulan, hingga setahun.
Baca Juga: Pasar Aset Kripto Babak Belur dalam Sepekan Terakhir, Apa Penyebabnya?
CEO Triv Gabriel Rey menilai, metode staking memang jadi cara yang ampuh untuk mengoptimalkan return, terlebih ketika kondisi market cenderung sideways atau bearish. Lewat staking, investor juga tidak perlu pusing baca chart dan mengawasi market, namun tetap mendapatkan keuntungan.
Kendati begitu, ia mengingatkan dalam melakukan staking, investor tidak bisa asal pilih. Tetap harus mempertimbangkan fundamental aset kripto yang hendak di-staking. Hal ini guna memastikan harga ke depannya bisa tetap menguat.
“Jadi untuk para investor jangka panjang, daripada sebatas hold, staking juga bisa dijadikan opsi karena dengan demikian bisa menambah potensi pundi-pundi keuntungan,” ujarnya ketika dihubungi Kontan.co.id, Kamis (28/4).
Baca Juga: Cara Trading Bitcoin untuk Memaksimalkan Cuan Bagi Pemula
Saat ini, Gabriel melihat ada tiga aset kripto yang menarik untuk dijadikan pilihan staking. Pertama adalah Binance Coin (BNB) yang menawarkan bunga hingga 9% per tahun. Menurutnya, BNB secara fundamental sangat solid lantaran merupakan koin yang digunakan di platform exchange Binance.
Dengan Binance yang merupakan platform exchange terbesar di dunia, maka kinerja exchange tersebut menjanjikan, begitupun profitnya. Tak hanya itu, setiap pertambahan pengguna dan transaksi maka akan semakin memperkuat fundamentalnya.
Kedua adalah USD Terra (UST) yang menawarkan bunga untuk staking hingga 10% per tahun. UST sebagai stablecoin membuat pergerakan harganya jauh lebih stabil. Selain itu, secara fundamental, UST juga jauh lebih baik ketimbang tether karena sepenuhnya decentralized, alih-alih dikendalikan oleh salah satu pihak.
Baca Juga: Miliarder ini Mengembangkan Sistem Pembayaran Uang Kripto
Ketiga adalah Axie Infinity (AXS) yang menawarkan imbal hasil hingga 60%. Menurutnya, AXS cukup solid karena merupakan market leader di platform play to earn, karakter NFT di dalam permainannya juga laku, hingga rutin memberikan patch baru untuk mengupdate permainan mereka.
“Tapi saat ini investor sebaiknya melakukan DCA atau menambah posisi karena harga yang cenderung sudah bottoming. Apalagi, pasar sepertinya juga sudah priced in dengan keputusan The Fed yang agresif ,” imbuhnya.
Cofounder Cryptowatch dan Pengelola Channel Duit Pintar Christopher Tahir juga meyakini saat ini jadi momen yang tempat untuk melakukan akumulasi setiap terjadi koreksi, ketimbang melakukan trading jangka pendek ataupun stacking.
Baca Juga: Berani Bertaruh di Mata Uang Kripto Sejak Tahun 2011
Menurut dia, stacking pada dasarnya mirip dengan menitipkan dana ke platform exchange. Dengan demikian ada unsur trust dalam keputusan melakukan stacking, sehingga pada akhirnya terdapat risiko. Ia pribadi kurang menyarankan staking, kecuali memang platform tersebut sudah sangat dipercaya.
“Namun sebagai gambaran, platform-platform yang teregulasi saja bisa "kabur", apalagi yang tidak teregulasi. Jadi, momen agresifnya The Fed dalam memberikan kebijakan pengetatan moneter, justru memberikan potensi untuk kita beli aset kripto di harga yg lebih murah,” tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News