Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penawaran yang masuk pada lelang Surat Utang Negara (SUN), Selasa (22/6), tetap solid di tengah kondisi pasar global dan domestik yang sedang fluktuatif pasca rilis hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pekan lalu.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, penawaran yang masuk dari lelang SUN pekan ini sebesar Rp 69,95 triliun.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) DJPPR Deni Ridwan menilai, hasil lelang kali ini cukup solid di tengah kondisi pasar global dan domestik yang sedang fluktuatif pasca rilis hasil rapat FOMC pekan lalu.
Jumlah penawaran solid karena juga didukung likuiditas sektor keuangan pasar domestik yang masih relatif tinggi. "Bids yang masuk pada lelang hari ini lebih tinggi dibandingkan dengan target lelang SUN yang diumumkan," kata Deni, dalam keterangan tertulis yang diterima Kontan.co.id, Selasa (22/6).
Namun, jumlah penawaran yang masuk di lelang pekan ini lebih rendah dibanding penawaran yang masuk pada lelang dua pekan lalu yang mencapai Rp 78,46 triliun.
Baca Juga: Pemerintah akan melelang 6 seri sukuk pada Selasa (29/6), target indikatifnya Rp 11 T
Tercatat, permintaan banyak masuk ke seri FR0086 tenor 5 dan seri FR0087 tenor 10 tahun. Porsi penawaran di kedua seri tersebut mencapai 74,5% dari total penawaran.
Deni juga mencatat proporsi partisipasi investor domestik di lelang kali ini meningkat, yaitu mencapai 81,3%. Sebagai perbandingan, investor domestik di lelang SUN sebelumnya sebesar 80,9% dari total penawaran yang masuk. Sementara sekitar 18,7% penawaran berasal dari investor asing yang memburu paling banyak ke tenor 5 tahun 10 tahun.
Sementara, pergerakan yield di lelang kali ini cenderung naik. Deni mencatat, terdapat kenaikan rata-rata yield tertimbang obligasi negara sebesar 4-20 basis poin jika dibandingkan pada lelang sebelumnya. Sementara, terjadi penurunan rata-rata yield yang dimenangkan sebesar 11 basis poin pada seri tenor 5 tahun.
Deni mengatakan dengan mempertimbangkan rencana kebutuhan pembiayaan 2021, yield yang wajar di pasar sekunder, serta pemenuhan pasokan SUN dari pasar perdana, pemerintah memutuskan untuk memenangkan permintaan sebesar Rp 30 triliun.
"Dengan jumlah SUN yang dimenangkan tersebut pemerintah tidak memerlukan penyelenggaraan lelang SUN tambahan (green shoe option)," pungkas Deni.
Selanjutnya: Di tengah pandemi, minat investor di obligasi ritel berpeluang tetap tinggi
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News