kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.560.000   -8.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.275   10,00   0,06%
  • IDX 6.957   -60,21   -0,86%
  • KOMPAS100 1.029   -10,26   -0,99%
  • LQ45 801   -9,74   -1,20%
  • ISSI 211   -1,07   -0,51%
  • IDX30 411   -4,25   -1,02%
  • IDXHIDIV20 490   -6,86   -1,38%
  • IDX80 118   -1,07   -0,90%
  • IDXV30 122   -1,31   -1,07%
  • IDXQ30 136   -1,57   -1,14%

Pasar Bergejolak, Saham Berdividen Tinggi Bisa Jadi Pilihan Investor


Selasa, 14 Januari 2025 / 15:03 WIB
Pasar Bergejolak, Saham Berdividen Tinggi Bisa Jadi Pilihan Investor
ILUSTRASI. Pasar global dan domestik diprediksi masih digempur sejumlah sentimen yang membuat volatilitas masih tinggi.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar global dan domestik diprediksi masih digempur sejumlah sentimen yang membuat volatilitas masih tinggi. Di tengah volatilitas pasar, saham berdividen tinggi bisa menjadi pilihan investor.

Meskipun begitu, Head of Research & Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menyatakan, masih optimistis pasar modal Indonesia 2025 masih akan positif.  

Di tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga masih dapat mencapai level 8.000 di tengah potensi perang dagang pada era pemerintahan Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Donald Trump.  

“Meskipun sekarang pelaku pasar masih menunggu berita positif dari global dan dalam negeri, kami masih optimistis terhadap pasar saham Indonesia karena dua faktor dari dalam negeri, yaitu inflasi yang stabil dan daya beli yang terjaga,” ujarnya dalam Media Day Mirae Asset Sekuritas, Selasa (14/1).

Inflasi Indonesia juga masih menunjukkan penurunan didukung oleh stabilitas harga bahan makanan. Harga bahan makanan juga diperkirakan akan tetap stabil di tahun ini, selama tidak ada gangguan cuaca ekstrem yang dapat memengaruhi produksi pangan. 

Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.981,5 di Sesi Pertama (14/1), JSMR, SIDO, ICBP Jadi Top Losers LQ45

Selain itu, stabilnya harga bahan makanan serta pembatasan pemberlakuan efektif PPN 12% oleh pemerintah khusus untuk barang dan jasa mewah juga akan menjadi faktor positif dalam menjaga daya beli dan konsumsi masyarakat Indonesia.  

Untuk makroekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diprediksi akan mencapai 5% dengan posisi suku bunga acuan 5,5% pada akhir tahun.  

Menurut Rully, dengan kondisi pasar yang masih berfluktuasi tajam dan antisipasi terhadap efek dari kebijakan Trump, Bank Indonesia (BI) kemungkinan baru akan menurunkan suku bunga pada semester II 2024.   

Dengan mempertimbangkan berbagai faktor makroekonomi tersebut, pasar modal Indonesia tetap memiliki prospek yang positif pada 2025. 

“Kondisi global yang penuh tantangan diharapkan dapat dihadapi dengan kebijakan yang tepat dan sinergi dari seluruh pemangku kepentingan, ungkapnya.

Di tengah sejumlah sentimen itu, investor pun disarankan untuk berinvestasi pada saham-saham dengan dividen tinggi. 

Baca Juga: Kinerja Berbalik Arah, Reksadana Pasar Uang Unjuk Gigi Pimpin Imbal Hasil Pekan Ini

Head of Proprietary Investment Mirae Asset Handiman Soetoyo mengatakan, setidaknya ada 80 saham yang dapat menjadi pilihan yang baik untuk mendapatkan keuntungan investasi ketika pasar saham penuh ketidakpastian tahun ini.

“80 saham perusahaan berdividen tinggi itu tersebar di seluruh sektor usaha yang ada di bursa, kecuali sektor properti,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Dari 80 saham tersebut, ada lima saham utama pilihan Mirae Asset adalah PT BPD Jawa Timur Tbk (BJTM), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Trans Power Marine Tbk (TPMA).  

Handiman menuturkan, total dividen perusahaan penghuni bursa saham sebesar Rp 322,4 triliun di tahun 2025. Target itu turun 11,4% dari tahun lalu.

Alasannya, ada kejadian yang di luar kebiasaan pada tahun lalu. Terutama, dari dividen spesial PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) senilai Rp 41,53 triliun. 

“Perusahaan-perusahaan berdividen tinggi tersebut berpotensi kembali menawarkan dividen yang menarik tahun ini, terutama berkaca pada catatan historis pembayaran dividen tahun lalu,” paparnya. 

Baca Juga: IHSG Terjun, Justru Ada 27 Saham yang Menguat Double Digit pada Senin (13/1)

Handiman mencatat, nilai dividen yang dibagikan perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun buku 2024 mencetak rekor tertinggi sepanjang masa Rp 364,2 triliun, naik 1,9% secara tahunan alias year on year (YoY).  

Nilai dividen Rp 364,2 triliun yang dibagikan pada 2024 tersebut mencakup dividen tahun buku 2023, termasuk dividen interimnya.

“Untuk musim dividen, puncak musim dividen setiap tahunnya jauh pada Maret-Juni dan di sepanjang kuartal IV,” paparnya. 

Sepanjang 2024, sektor keuangan dan energi masih menjadi dua sektor. Kontribusi dividen terbesar berasal dari ADRO, BBRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).  

“Hal ini mengonfirmasi kedua sektor tersebut masih menjadi sektor yang paling menarik bagi investor yang mengincar dividen,” ungkapnya. 

Baca Juga: Instrumen Investasi Pilihan Analis Saat Ketidakpastian Masih Tinggi

Tahun lalu, jumlah perusahaan tercatat yang membagikan dividen juga semakin meningkat, yaitu 342 perusahaan. Jumlah itu naik dari 323 perusahaan pada 2023 seiring dengan bertambahnya emiten baru di pasar saham.

Meskipun naik secara jumlah, rasio perusahaan pembagi dividen dengan total perusahaan yang listing di bursa turun, yaitu 38,3% pada 2024, dari 39,4% pada 2023. Itu seiring dengan lebih sedikitnya perusahaan tercatat baru yang membagikan dividen.  

Pada 2024, ADRO dan BBRI menyandang predikat sebagai emiten pembagi dividen terbesar dari sisi nilai, masing-masing Rp 54,4 triliun dan Rp 48,1 triliun. 

Dari sisi imbal hasil dividen (dividend yield), emiten pembagi dividen terbesar adalah ADRO sebesar 49,4%, PT Golden Energy Mines Tbk (GEMS) 20,5%, dan PT Baramulti Suksessarana Tbk (BSSR) 19,8%.  

Baca Juga: Saham Valuasi Mahal Laris Manis Saat IHSG Tertekan, Ini Kata Analis

Dengan setoran dividen yang besar dari BBRI beserta dividen perusahaan-perusahaan BUMN lain, setoran dividen perusahaan pelat merah ke pemerintah hingga November 2024 telah melebihi target, yaitu senilai Rp 86,4 triliun.  

Dari jumlah tersebut, perusahaan BUMN yang sahamnya tercatat di bursa berkontribusi sebanyak 68,6% dari total dividen yang disetorkan kepada kas negara. Secara sektoral, BUMN perbankan masih dominan dengan kontribusi 57,4%.  

“Mengingat target penerimaan dividen BUMN 2025 yang masih meningkat, yaitu Rp 90 triliun, kami meyakini BUMN yang listed akan tetap memberikan dividen yang besar tahun ini,” tutur Handiman. 

Selanjutnya: Untung 24,31% Setahun, Harga Emas Antam Hari Ini Longsor (14 Januari 2025)

Menarik Dibaca: 4 Penyebab Berat Badan Susah Turun Saat Diet, Sering Dilakukan Banyak Orang!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×