kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasangan USD/JPY masih akan tertekan sentimen perang dagang


Selasa, 13 Agustus 2019 / 19:17 WIB
Pasangan USD/JPY masih akan tertekan sentimen perang dagang
ILUSTRASI. Uang Dollar AS dan Yen Jepang


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasangan kurs USD/JPY diprediksi masih akan tertekan hingga sepekan ke depan. Hal ini dipicu eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang belum juga menemukan titik temu. 

Pada perdagangan Selasa (13/8) pasangan USD/JPY terpantau sempat rebound tipis dengan naik sebesar 0,02% pada level 105.31. Namun pada pukul 17.19 WIB harga kembali koreksi 0,20% ke level 105,09. 

Analis PT Rifan Financindo Berjangka Puja Purbaya Sakti mengatakan, mata uang yen sebagai mata uang safe haven terus menguat sejak perdagangan Senin (12/8). Hal ini sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian terkait perang dagang antara AS dan China. Selain itu, terselip juga kekhawatiran pasar akan perlambatan pertumbuhan ekonomi global. 

Baca Juga: Gejolak politik luar negeri membuat rupiah loyo

Sakti menjelaskan, ketidakpastian sengketa dagang antara AS-China kian berlanjut setelah Presiden AS Donald Trump pada Jumat (9/8) menyatakan belum siap membuat kesepakatan dengan China. Dia bahkan meragukan pembicaraan dagang yang akan berlangsung di September nanti. 

Di sisi lain, minat risiko pasar merosot pada perdagangan Senin (12/8), sementara pergerakan pasar cenderung minim karena liburan bursa Jepang dan Singapura. Kemudian People's Bank of China (PBOC) juga menentukan nilai tukar referensi tengah harian untuk kurs yuan sebesar 7,0211 per dollar AS. Angka tersebut lebih lemah dibandingkan referensi hari Jumat (09/08), tetapi lebih kuat dibandingkan ekspektasi pasar. 

Baca Juga: Kombinasi sentimen negatif menyebabkan rupiah loyo

Namun, meski stabilisasi renminbi terus berlanjut, konflik AS-China justru menemui batu sandungan baru. Seminggu yang lalu, untuk pertama kalinya sejak 2008, China membiarkan mata uangnya melemah terhadap dolar AS yang oleh sebagian orang dianggap sebagai aksi balasan terhadap tarif AS. Perubahan itu menekan mata uang negara berkembang di seluruh Asia dan mendorong yen naik. 

"Dalam sepekan ke depan, acuan referensi nilai tukar yuan kemungkinan masih diperhatikan oleh pelaku pasar, selain sejumlah rilis data ekonomi penting," kata Sakti kepada Kontan, Selasa (13/8). 

Baca Juga: Penjualan ekspor farmasi moncer, begini strategi yang disiapkan sejumlah emiten

Sementara itu, simposium tahunan Federal Reserve di Jackson Hole juga bakal dinantikan, karena pelaku pasar akan mencari klarifikasi mengenai proyeksi pemangkasan suku bunga Bank Sentral AS (The Fed) yang diperkirakan bakal turun hingga 100 basis poin dalam beberapa bulan ke depan.

Secara teknikal, Sakti menjelaskan bahwa grafik harian menunjukkan indikator exponential moving average (EMA) mengecil dengan arah kurs turun. Selain itu, vortex indicator (VI) berada di area red over blue yang melebar mengindikasikan arah kurs untuk melanjutkan koreksi. 

Baca Juga: Morgan Stanley prediksi ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5% di 2019-2020

Selanjutnya indikator true strength indicator (TSI) berada di area -29 yang menunjukkan kurs berpotensi turun. "Sehingga, secara umum pasangan USD/JPY masih berpotensi untuk lanjutkan koreksi pada perdagangan selanjutnya," jelasnya. 

Untuk perdagangan Rabu (14/8), Sakti merekomendasikan sell atau jual untuk pasangan USD/JPY selama harga di bawah 104,90. Adapun untuk kisaran level resistance besok antara 105,57 - 105,85 - 106,40. Sedangkan untuk level support antara 105,02 - 104,75 - 104,20.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×