Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Tekanan internal menjadi pengganjal bagi laju pergerakan rupiah. Ditambah lagi pelaku pasar kini sedang menaruh perhatian pada kelanjutan sajian data tenaga kerja AS untuk mencari tahu arah pertemuan FOMC pekan depan.
Di pasar spot, Kamis (9/6) valuasi rupiah terkikis 0,14% ke level Rp 13.287 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Posisi ini berbeda dengan di kurs tengah Bank Indonesia yang terangkat 0,07% di level Rp 13.231 per dollar AS.
Resti Aviadinie, Analis Riset Treasury PT Bank Negara Indonesia (BNI) menjelaskan faktor yang menjadi beban bagi pergerakan rupiah adalah antisipasi pasar terhadap sajian data klaim pengangguran AS Kamis (9/6) malam. pengangguran mingguan AS diprediksi naik dari 267.000 menjadi 269.000.
Diprediksi data tersebut memang negatif, hanya saja pasar bersikap wait and see menanti rilis resmi dan hal tersebut cukup membuat pelaku pasar beralih ke aset safe haven. Pasalnya, jika rilis data tersebut lebih baik dari dugaan, bisa dipastikan optimisme pasar akan peluang kenaikan suku bunga The Fed pada FOMC Juni atau Juli 2016 tumbuh subur lagi.
Tentunya hal tersebut berimbas negatif bagi mata uang yang berlawanan dengan dollar AS termasuk rupiah. “Efeknya kan jadi meninggalkan mata uang berisiko seperti rupiah apalagi ditambah aksi profit taking yang masih berlanjut,” papar Resti. Hal ini tidak terhindari dan memicu koreksi rupiah meski tipis.
Sementara dari dalam negeri, kini masih minim sentimen. "Belum ada keputusan soal Tax Amnesty dan RAPBN, jadi belum ada katalis yang signifikan bisa jadi penopang rupiah," jelas Resti. Sehingga nyaris faktor eksternal yang dominan membalut pergerakan rupiah di perdagangan hari ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News