Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Pemerintah akan menawarkan produk Surat Berharga Negara (SBN) ritel perdana di Januari 2025. Di mana, Obligasi Negara Ritel (ORI) Seri ORI027 diproyeksi memiiki kupon tinggi dan menjadi incaran investor.
Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas, Ramdhan Ario Maruto mengatakan, SBN Ritel masih akan cukup diminati oleh investor domestik sejalan dengan pendalaman pasar yang terus berlanjut. Apalagi, tahun ini kupon SBN ritel yang ditawarkan berpotensi tinggi karena yield obligasi terus tertekan.
Ramdhan mencontohkan, SBN Ritel perdana tahun ini yakni ORI027 kemungkinan bisa menawarkan kupon sebesar 6,8% - 7%. Hal itu mempertimbangkan yield obligasi Indonesia masih tertekan di atas 7%, baik 10 tahun dan 5 tahun sebagai acuan (benchmark).
Begitu pula, yield obligasi tenor 3 tahun yang biasanya merupakan jangka waktu SBN ritel ditawarkan hampir mencapai 7%. Berdasarkan data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), Senin (6/1), yield atau imbal hasil obligasi 3 tahun di posisi 6,93%.
Ramdhan berujar, tentunya penentuan kupon akan mengikuti kondisi yield terkini yakni pada saat SBN ritel segera ditawarkan. Namun kemungkinan kondisi pasar saat ini tidak akan banyak berubah saat ORI027 ditawarkan pada akhir bulan Januari.
Baca Juga: Kupon Diproyeksi Masih di Atas 6%, Permintaan SBN Ritel Tahun Ini Tetap Solid
‘’Yield obligasi acuan di awal tahun ini saja mendekati 7%, jadi paling tidak ORI027 dengan tenor 3 tahun menawarkan kupon 6,7% - 6,8%,’’ ungkap Ramdhan saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (6/1).
Ramdhan menjelaskan, saat ini kondisi pasar dibayangi ketidakpastian global karena menantikan pelantikan Donald Trump sebagai presiden AS pada 20 Januari mendatang. Potensi ketidakstabilan global ke depannya pun cukup tinggi di bawah pemerintahan Trump yang dapat berpengaruh pada naiknya yield obligasi.
Melalui kebijakan proteksionisme seperti tarif tinggi, Trump dapat menciptakan ketidakstabilan di pasar keuangan global. Secara historis, perang dagang antara AS dan Tiongkok di pemerintahan Trump sebelumnya telah berdampak signifikan pada naiknya yield SBN hingga sempat mencapai 8% untuk tenor 10 tahun.
Ramdhan melihat, wajar apabila ORI027 bisa menawarkan kupon berkisar 6,8% sejalan dengan yield SBN di atas 7%. Seri sebelumnya yakni ORI026 menawarkan kupon 6,3 dan 6,4% untuk tenor 3 dan 6 tahun, sejalan dengan yield SBN kala itu di posisi 6,5%.
Dengan demikian, kemungkinan besar ORI027 dapat menghimpun penjualan berkisar Rp 15 triliun – Rp 20 triliun. Tahun lalu, ORI026 mencatat penjualan sebesar RP 19,35 triliun.
Ramdhan memandang, potensi kupon tinggi SBN Ritel di kisaran 7% nantinya juga dapat menarik deposan untuk mengalihkan investasinya. Jika dibandingkan, kupon SBN lebih tinggi daripada rata-rata deposito sekitar 5% dan pemberlakuan pajak SBN lebih rendah 10% daripada deposito 20%.
Baca Juga: Pemerintah Bakal Terbitkan 8 SBN Ritel di 2025, Ini Daftarnya!
Oleh karena itu, dia berpendapat kemungkinan penjualan SBN Ritel di sepanjang tahun ini akan semarak. Namun nilainya diperkirakan tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu sebesar Rp 148,5 triliun, sesuai dengan kebutuhan pemerintah.
‘’Semakin kesini produk SBN ritel sudah lebih dikenali masyarakata karena memang rutin tiap tahun ditawarkan seperti ST, SBR, ORI. Jadi diversifikasi produk lebih dimengerti, serta teknis dan risiko. Catatan pengelolaan SBN Ritel juga cukup baik dari sisi jatuh tempo dan lain-lain tidak ada masalah,’’ imbuh Ramdhan.
Adapun jadwal terdekat penerbitan SBN Ritel adalah ORI027 pada 27 Januari – 20 Februari 2025. Kemudian, ST014 akan ditawarkan pada 7 Maret – 9 April 2025, SR022 pada 16 Mei - 8 Juni 2025, SBR014 pada 14 Juli – 7 Agustus 2025, SWR006 pada 15 Agustus – 15 Oktober 2025, SR023 pada 22 Agustus – 12 September 2025, ORI028 pada 29 September – 23 Oktober 2025, serta ST015 pada 10 November – 3 Desember 2025.
Selanjutnya: Samsung Vision AI: Inovasi Terbaru di First Look 2025
Menarik Dibaca: 5 Minuman untuk Daya Tahan Tubuh Lebih Kuat, Biar Tidak Gampang Sakit!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News