Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Harga minyak acuan global, Brent, berhasil memangkas pelemahan di akhir perdagangan dengan kekhawatiran tentang pandemi virus corona yang masih membayangi permintaan. Namun, di saat yang sama, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) yang digunakan Amerika Serikat (AS) berhasil melesat di tengah harapan kesepakatan stimulus anyar.
Rabu (30/9), harga minyak mentah jenis Brent untuk pengiriman November 2020, turun 8 sen ke level US$ 40,95 per barel. Kontrak untuk bulan November berakhir pada hari itu dan akan digantikan oleh kontrak pengiriman Desember 2020 yang ditutup menguat 74 sen menjadi US$ 42,30 per barel.
Sementara itu, harga minyak WTI kontrak pengiriman Desember 2020 naik 93 sen atau 2,4% ke level US$ 40,22 per barel.
Baca Juga: Rupiah berpeluang menguat lagi, ini sebabnya
Sokongan bagi harga minyak datang setelah Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin menyatakan, harapan untuk terobosan dalam bantuan virus corona AS. DPR Negeri Paman Sam siap untuk memberikan suara pada RUU virus corona baru sebesar US$ 2,2 triliun.
Dengan tekanan yang meningkat menjelang pemilu 3 November, Mnuchin mengatakan, dia dan Pelosi bisa "mencapai kompromi yang masuk akal". Hal tersebut akan segera diketahui dalam satu atau dua hari lagi.
"Perlombaan menuju RUU stimulus," kata Bob Yawger, Director of Energy Futures Mizuho di New York.
"Ini bagus untuk semua industri, dan terutama minyak, karena ini merupakan indikator permintaan untuk permintaan minyak mentah," tambah Yawger. Tetapi dia cenderung pesimistis tentang kesepakatan yang akan membuahkan hasil.
Tetapi Yawger setuju bahwa pembicaraan baru stimulus memberikan kekuatan sementara ke pasar.
Keperkasaan bagi harga minyak acuan AS pun datang setelah data persediaan minyak mentah mingguan AS menunjukkan turun 2 juta barel dalam pekan yang berakhir 25 September lalu. Hasil ini pun lebih besar dari perkiraan analis.
Ekspor naik sementara impor turun, membantu memfasilitasi penarikan. Berdasarkan data Energy Information Administration (EIA), impor minyak mentah AS turun minggu lalu sebesar 536.000 barel per hari, menjadi 1,6 juta barel per hari.
Sebelumnya, harga minyak acuan sudah anjlok lebih dari 3% pada hari Selasa (29/9) karena kasus kematian akibat Covid-19 global melampaui 1 juta. Dalam jajak pendapat bulanan minyak yang dilakukan Reuters menunjukkan, harga akan sedikit naik tahun ini.
Baca Juga: IHSG hari ini (1/10) masih dalam tren melemah, sebaiknya akumulasi saham berikut
"Meningkatnya jumlah kasus Covid-19 terus meningkatkan alarm permintaan energi," kata Avtar Sandu, Senior Commodities Manager Phillip Futures.
CEO dari perusahaan perdagangan terbesar dunia memperkirakan pemulihan yang lemah untuk permintaan minyak dan sedikit pergerakan harga, berpotensi selama bertahun-tahun.
Marathon Petroleum Corp, penyulingan minyak terbesar di AS mulai memberlakukan PHK pada hari Selasa, menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut.
Royal Dutch Shell juga mengatakan akan memangkas hingga 9.000 pekerjaan.
Untuk mengatasi penurunan permintaan, Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) tidak mungkin meningkatkan produksi minyak seperti yang direncanakan dari Januari tahun depan, kata para pedagang minyak terkemuka pada hari Selasa.
Selanjutnya: Wall Street perkasa berkat potensi stimulus baru dan data ekonomi AS yang ciamik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News