Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pergerakan harga minyak masih menanti hasil pertemuan OPEC pada akhir bulan ini. Jika OPEC gagal menyepakati pembatasan produksi, minyak hanya berharap pada kenaikan permintaan.
Mengutip Bloomberg, Selasa (1/11) pukul 18.30 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Desember 2016 di New York Mercantile Exchange tergerus 0,3% ke level US$ 46,72 per barel dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir harga minyak terkikis 6,5%.
Deddy Yusuf Siregar, Analis PT Asia Tradepoint Futures menjelaskan, penguatan harga minyak sempat terjadi setelah OPEC menyepakati rencana jangka panjang pengelolaan produksi minyak mentah untuk menstabilkan harga. Namun, harga kembali tertekan lantaran minyak masih terbebani oleh potensi kenaikan produksi.
Survey Reuters menunjukkan produksi minyak OPEC bulan Oktober akan meningkat tajam ke level 33,82 juta barel per hari dibanding bulan September di 33,4 juta barel per hari. "Ini mengindikasikan pasokan minyak mentah masih membanjiri pasar," kata Deddy.
OPEC akan bertemu pada akhir bulan ini untuk membahas kesepakatan pembatasan produksi. Bila kesepakatan OPEC menemui jalan buntu, Deddy memprediksi harga minyak akan bergulir di level US$ 40 - US$ 45 per barel.
Negara anggota OPEC yakni Nigeria telah menurunkan harga minyak sebesar US$ 1 per barel untuk mempertahankan pangsa pasar. Kebijakan ini dapat menambah tekanan bagi prospek harga minyak.
Meski demikian, peningkatan konsumsi diharapkan mampu menjaga laju harga minyak. Sinyal kenaikan permintaan terlihat dari membaiknya data ekonomi China. Menjelang akhir tahun , permintaan minyak juga cenderung meningkat lantaran datangnya musim dingin di beberapa negara termasuk Amerika Serikat (AS), Eropa dan China.
Sementara jika kesepakatan pembatasan produksi terlaksana dengan baik, Deddy optimistis harga minyak akan melaju ke level US$ 50 - US$ 55 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News