Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Minyak gagal bangkit meski produsen yang tergabung dalam OPEC mengumumkan rencana jangka panjang pembatasan produksi. Pelaku pasar masih meragukan OPEC akan berhasil membatasi produksi minyak.
Mengutip Bloomberg, Selasa (1/11) pukul 18.30 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Desember 2016 di New York Mercantile Exchange tergerus 0,3% ke level US$ 46,72 per barel dibanding sehari sebelumnya.
Analis PT SoeGee Futures, Nizar Hilmy mengatakan, harga minyak gagal bangkit lantaran masih dibayangi ketidakjelasan soal pembatasan produksi OPEC. Pasar meragukan rencana OPEC untuk mengimplementasikan pemangkasan produksi.
Keraguan tersebut tetap muncul meski OPEC merilis dokumen rencana jangka panjang terkait pembatasan produksi. "OPEC belum membuktikan adanya perkembangan berarti," paparnya.
Beberapa anggota OPEC terlihat segan untuk memangkas produksi, salah satunya Irak. Negara produsen minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi itu menyatakan output bulan September mencapai 4,7 juta barel per barel per hari. Angka tersebut 200.000 lebih tinggi dari perkiraan pengamat.
Selanjutnya, negara Libya melaporkan produksinya naik menjadi 670.000 ber barel pada pekan lalu dari 363.000 barel per hari ketika anggota OPEC bertemu di Aljazair bulan September lalu. Sementara Iran melaporkan angka ekspor minyak ke Asia melonjak 70% selama bulan September.
Negara di luar OPEC pun belum menunjukkan niat untuk memangkas produksi. Seperti Rusia yang memperkirakan produksinya akan meningkat 0,7% tahun depan menjadi 548 juta ton dibanding estimasi produksi tahun ini di angka 544 juta ton.
"Harga minyak masih rentan mengalami kejatuhan sampai ada pertemuan OPEC akhir November. Minyak bisa naik jika OPEC dapat meyakinkan pasar bahwa pembatasan produksi dapat dilaksanakan," lanjut Nizar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News