kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.016.000   36.000   1,82%
  • USD/IDR 16.860   -50,00   -0,30%
  • IDX 6.538   92,30   1,43%
  • KOMPAS100 939   12,04   1,30%
  • LQ45 730   8,52   1,18%
  • ISSI 209   2,52   1,22%
  • IDX30 378   3,03   0,81%
  • IDXHIDIV20 458   4,62   1,02%
  • IDX80 106   1,33   1,26%
  • IDXV30 113   1,41   1,27%
  • IDXQ30 124   0,78   0,63%

Minyak mendekati level terendah lebih sebulan


Selasa, 01 November 2016 / 15:49 WIB
Minyak mendekati level terendah lebih sebulan


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

HONG KONG. Minyak turun mendekati penutupan terendahnya lebih dari sebulan terakhir sebelum rilis data minggu dari pemerintah AS yang diperkirakan akan menunjukkan bertambahnya stok minyak.

Mengacu Bloomberg, Selasa (1/11) minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember berada pada level US$ 47,07 per barel di New York Mercantile Exchange, naik 21 sen, pada pukul 13:47 siang waktu Hong Kong. Kontrak minyak ini turun US$ 1,84 ke level US$ 46,86 per barel pada hari Senin. Harga minyak WTI melemah 2,9 % pada Oktober, penurunan bulanan pertama sejak Juli lalu.

Sedangkan, minyak Brent untuk pengiriman Januari menguat 65 sen ke level US$ 48,95 per barel di ICE Futures Europe exchange yang berbasis di London. Kontrak untuk bulan Desember yang berakhir hari Senin setelah jatuh 2,8 % menjadi US$ 48,30. Bulan depan harga turun 1,6 % pada Oktober.

Mengacu survei Bloomberg, persediaan minyak mentah meningkat 1,5 juta barel pada pekan lalu. Harga bensin melonjak setelah terjadinya sebuah ledakan dan api menutup lini utama dari Colonial Pipeline Co, pipa AS terbesar untuk bahan bakar.

Harga minyak telah menurun lebih dari 5,5 % sejak Organisasi Negara Pengekspor Minyak pada Jumat lalu gagal untuk menyepakati kuota negara sebagai bagian dari pelaksanaan perjanjian penurunan produksi kelompok tersebut. Probabilitas OPEC mencapai kesepakatan pada pertemuan resmi 30 November mendatang rendah karena berkembangnya perselisihan dalam kelompok, menurut Goldman Sachs Group Inc.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×