Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SOROWAKO. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) bakal mendivestasikan 20% sahamnya lagi ke publik pada Oktober 2019. Langkah tersebut sesuai dengan kontrak karya amandemen yang sudah diteken emiten tersebut dengan pemerintah Indonesia.
"Jadi, Oktober 2019 Vale Indonesia harus mendivestasikan 20% saham lagi, guna memenuhi kesepakatan yang telah kita capai dalam kontrak karya amandemen," kata Direktur Utama INCO Nico Kanter, Sabtu (28/7).
Langkah tersebut telah dibicarakan dengan para pemangku kepentingan. Sekaligus, untuk menunjukkan bahwa Vale Indonesia memiliki kepastian, meskipun kontrak karya tersebut bakal berakhir pada 2025.
"Kami tidak tahu kalau 2025 sudah habis kontraknya, walaupun sekarang kami tidak diminta untuk mendivestasikan 51% (seperti Freeport), tapi kami tidak tahu peraturan mana yang akan diterapkan di 2025 nanti," ujar Nico.
Intinya Nico menekankan bahwa dengan tandatangan kontrak karya amandemen dengan pemerintah Indonesia, artinya Vale Indonesia telah sepakat dengan kebijakan pemerintah. Salah satunya untuk mendivestasikan saham jadi 20% lagi sesuai kesepakatan yang disetujui.
INCO juga membandingkan posisinya dengan PT Freeport. Dimana, sebelum saham Freeport didivestasikan, mereka tidak menandatangani amandemen kontrak karya.
"Sehingga, mereka (Freeport) diwajibkan untuk divestasi. Sedangkan Vale tidak punya obligasi untuk mendivestasikan sampai 50% lebih," ungkapnya.
Ke depan, dalam waktu dua kali 10 tahun atau 20 tahun perpanjangan kontrak, Vale masih bisa menyuplai nikel dengan produksi yang akan dicapai. Untuk itu, selama menambang emiten produsen nikel tersebut terus berhati-hati.
"Jadi kami selalu berpikir jangka panjang. Ini yang harus disikapi pemerintah dalam membuat policy," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Keuangan INCO Febriany Eddy menjelaskan, saat ini sekitar 60% saham dikuasai Vale, 20% oleh Sumitomo dan 20% merupakan milik publik atau pemerintah. Sesuai kontrak karya amandemen, Vale dan Sumitomo harus mendivestasikan 20% sahamnya, sehingga porsi saham publik tahun depan menjadi 40%.
"Proporsinya bisa 15% dari Vale dan 5% dari Sumitomo mungkin, tapi saya tidak tahu. Mereka berdua yang bisa putuskan," ungkapnya.
Febri menjelaskan, dengan adanya divestasi 20% di tahun depan, perusahaan berharap balance sheet INCO bertambah. Nantinya, itu akan dimanfaatkan untuk sumber dana pembangunan smelter di Pomala dan mendukung kinerja pabrik di Sorowako.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News