Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Guna meramaikan jenis instrumen industri reksadana, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah mengkaji opsi penerbitan reksadana jenis teranyar, yakni reksadana fleksibel.
Direktur Pengelolaan Investasi OJK Sujanto menjelaskan, sejauh ini, reksadana tersebut memiliki tiga karakteristik, yakni target date, target return serta target risk.
Target date berarti reksadana tersebut bakal memiliki masa tertentu, semisal 10 tahun hingga 15 tahun. “Sifat jenis reksadana baru ini lebih ke jangka panjang,” jelasnya.
Target return artinya, manajer investasi dapat menyusun kebijakan investasi yang fleksibel. Misalnya, untuk produk dengan kurun waktu 15 tahun, manajer investasi bakal mengalokasikan mayoritas dana di instrumen saham pada lima tahun pertama guna memperoleh return maksimal.
Lima tahun selanjutnya, perusahaan memarkirkan sebagian besar dana di efek obligasi. Sedangkan lima tahun terakhir, aset bakal ditimbun dalam instrumen pasar uang seperti deposito maupun obligasi korporasi bertenor kurang dari setahun untuk mengamankan return yang diperoleh serta meminimalisir risiko.
“Mendekati jatuh tempo harus lebih aman. Tidak ada batasan, kebijakan investasi bisa 0% - 100% di efek saham, 0% - 100% di obligasi, 0% - 100% di pasar uang. Manajer investasi bebas mengatur sendiri berdasarkan target,” paparnya. Yang jelas, kebijakan tersebut wajib dicantumkan dalam prospektus.
Sujanto merinci, target risk artinya reksadana tersebut berpeluang meminimalkan risiko kala pasar volatile. Dengan catatan, manajer investasi menargetkan return reksadana, bukan menjanjikan. “Bagaimana mengatur agar portofolionya aman,” imbuhnya.
Menurut Sujanto, ide tersebut masih dalam proses pengkajian dengan para pelaku. Sehingga, dalam kurun waktu mendatang, konsep tersebut masih bisa berubah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
