kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

OJK kaji reksadana 100% berefek asing


Rabu, 05 Juni 2013 / 07:45 WIB
OJK kaji reksadana 100% berefek asing
ILUSTRASI. Ilustrasi ikan nila goreng krispi.


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Wahyu T.Rahmawati

JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengkaji penerbitan aturan terkait reksadana asing. Aturan ini memungkinkan manajer investasi (MI) memutar portofolio sebesar 100% di efek asing.

Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad mengatakan, upaya tersebut dilakukan untuk meningkatkan jumlah dan variasi produk investasi di pasar modal. "OJK memiliki kebijakan strategis dari sisi supply yaitu meningkatkan jumlah dan variasi produk investasi di pasar modal," kata Muliaman dalam laporan triwulanan OJK, yang terbit belum lama ini.

Namun, OJK belum menyebutkan secara rinci aturan yang dimaksud. Saat ini, otoritas memperbolehkan manajer investasi memutar aset dasar reksadana terbuka sebesar 15% di efek asing, dan 30% untuk reksadana terproteksi.

Hanya saja, seorang sumber KONTAN membisikkan, reksadana asing ini membidik masyarakat yang menggenggam dollar AS, seperti eksportir dan importir yang memiliki kelebihan valas. Selain itu, produk ini juga membidik high net worth individuals (HNWI). "Beberapa perusahaan asuransi sudah memasarkan produk seperti ini," kata sumber tersebut

Fadlul Imamsyah, Vice President of Investment CIMB Principal Asset Management mengatakan, aturan ini relatif cocok untuk reksadana berbasis dollar Amerika Serikat (AS). Dengan demikian, risiko kurs menjadi lebih minim ketimbang mengemas efek asing dalam denominasi rupiah.

Fadlul mengatakan, CIMB Principal Asset Management pernah memutar aset dasarnya pada efek asing. Saat itu, pihaknya masuk ke sejumlah efek yang diperdagangkan di Asia. Namun, efek tersebut sudah ditinggalkan sejak krisis 1998. "Karena pasarnya jatuh, kami beralih menggunakan efek domestik saja," kata Fadlul, kemarin.

Fadlul menghitung, efek Indonesia masih memberikan return optimal kepada investor. Ia melihat, belum ada yang bisa memberikan return sebaik Indonesia.

Direktur Emco Asset Management Hans Kwee mengatakan, pihaknya belum berniat menerbitkan produk tersebut. "Kami akan pelajari dulu," kata Hans. Namun, menurut dia, reksadana dengan 100% efek asing itu akan menambah pilihan investasi bagi investor. Dengan demikian, jumlah investor juga akan bertambah.

Abdullah Umar, Investment Division Head BNI Asset Management Abdullah menambahkan, pihaknya juga harus menyiapkan infrastruktur untuk masuk ke instrumen asing. Yang paling penting adalah minat investor. "Dari situ, akan kami tentukan langkah selanjutnya," kata Abdullah.

Direktur Bahana Asset Management, Budi Hikmat mengatakan, pihaknya belum berminat menerbitkan reksadana ini lantaran kurang menguasai efek luar negeri. "Kami mempunyai banyak analis untuk sektor domestik, namun belum mempunyai untuk luar negeri," tutur dia.

Menurut analis Infovesta Utama, Vilia Wati, prospek reksadana dengan efek asing akan dipengaruhi oleh kinerja bursa tempat efek tersebut diperdagangkan. Selain itu, portofolio dan kebijakan komposisi portofolio juga menentukan imbal hasil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×