Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membubarkan enam produk reksadana yang dikelola oleh manager investasi Minna Padi Aset Manajemen (MPAM). Total nilai dana kelolaan enam reksadana Minna Padi mencapai sekitar Rp 6 triliun.
Adapun keenam produk i Minna Padi meliputi Reksa Dana Minna Padi Pringgodani Saham, Reksadana Minna Padi Pasopati Saham, Reksa Dana Syariah Minna Padi Amanah Saham Syariah, Reksa Dana Minna Padi Property Plus, Reksa Dana Padi Keraton II, dan Reksa Dana Minna Padi Hastinaputra Saham.
Beberapa saham yang masuk dalam portfolio Minna Padi Pasopati Saham seperti PT Jasa Marga Tbk (JSMR), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Waskita Karya (Persero) Tbk (WSKT), dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk ( BJTM). Selanjutnya beberapa saham yang terdapat dalam Minna Padi Pringgodani Saham, misalnya PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), serta PT Wijaya Karya (WIKA).
Baca Juga: Rubicon segera menjadi pengendali Radana Bhaskara Finance (HDFA)
Direktur Investa Saran Mandiri, Hans Kwee mengatakan, banyak saham bagus dalam portofolio Minna Padi yang dibubarkan tersebut. Dengan begitu, ia memprediksi hal ini akan membuat pasar saham tertekan dalam beberapa waktu ke depan karena Minna Padi akan melepas saham-saham tersebut.
“Aturannya kan kalau dibubarkan, berarti dalam waktu 60 hari kerja Minna Padi melakukan penjualan. Fund manager akan menjual sahamnya (Minna Padi), kemudian sulit bagi indeks untuk naik dalam waktu dekat ini, ya minimal Desember sampai Januari mungkin agak tertekan,” paparnya pada Kontan, Minggu (24/11).
Ia khawatir apabila ada kasus serupa seperti Minna Padi ini akan dapat memperpanjang tekanan terhadap pasar. Memang, OJK terus melakukan penertiban investasi reksadana, sebelumnya OJK telah menghentikan penjualan produk reksadana yang dikeluarkan PT Narada Aset Manajemen.
“Kalau ada yang menyusul (Minna Padi) akan butuh waktu,” tambahnya.
Dengan pembubaran produk itu, ia menuturkan bakal berdampak terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berpeluang terkoreksi cukup dalam. Namun hal itu juga bukan satu-satunya (Minna Padi) sentimen yang mempengaruhi pergerakan IHSG.
Baca Juga: BI longgarkan GWM, ada dampaknya ke perbankan?
Ia bilang IHSG tak hanya dipengaruhi oleh sentimen domestik seperti persoalan yang menyangkut manajer investasi Minna Padi, mengingat saat ini pasar masih memantau negosiasi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok.
“Kita melihat peluang IHSG akan terkoreksi ke level 5.000an, semoga Desember rebound ke angka 6.200 itu sudah bagus untuk indeks,” jelasnya.
Baca Juga: IHSG berpeluang menguat terbatas pada Senin (25/11), ini sebabnya
Biasanya menjelang akhir tahun aksi window dressing oleh investor akan mendorong IHSG. Asal tahu saja, sebelumnya Hans menargetkan IHSG bisa ditutup pada level 6.500.
Ia menyarankan investor untuk tidak panik akibat kasus Minna Padi ini, serta melihat peluang yang ada. Ia merekomendasikan investor untuk mengoleksi saham ANTM dan WSKT, selanjutnya akumulasi beli untuk saham BBNI dan BMRI.
Menurut Maximilianus Nico Demus, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo, saham-saham yang terdapat dalam potfolio Minna Padi masih terjaga likuiditasnya meski saham-saham tersebut banyak dijual.
Baca Juga: OJK Bubarkan Reksadana Minna Padi, Investor Tidak Bisa Menarik Dana premium
“Sehingga kalaupun dijual, bukan berarti harganya langsung mengalami penurunan. Ini kan sama saja dengan jual beli di pasar saham, namun tujuannya saja yang berbeda,” ujarnya.
Ia menambahkan saham-saham yang masuk dalam portofolio Minna Padi ini masih mengalami kenaikkan sehingga ada potensi upside dan layak untuk dikoleksi.
Nico menyatakan penurunan yang tengah terjadi sekarang menjadi momen baik untuk investor mulai masuk dan mengoleksi saham-saham yang akan dilepas Minna Padi.
Baca Juga: Terpopuler: Dampak pembubaran produk reksadana, KEJU melantai di bursa saham
“Tapi apabila investor tujuannya buat trading, tentu harus dikombinasikan dengan teknikal analisa per hari, sehingga dia mendapatkan momentum” katanya pada Kontan, Minggu (24/11).
Ia merekomendasikan investor untuk buy saham ANTM dengan target harga 1.200, kemudian beli harga BNLI dengan target harga 1.300 per saham, BBNI dengan target harga 8.950 per saham, saham INDF dengan target harga 9.050 per saham, kemudian PGAS dengan target harga 2.450 per saham.
Baca Juga: Perang Dagang AS-China memanas, kucuran investasi asing ke Penang semakin deras
Nico juga menyarankan investor untuk buy saham JSMR dengan target hara 6.600 per saham, kemudian CTRA dengan target harga 1.350 per saham, WSKT dengan target harga 2.050 per saham, BMRI dengan target harga 8.650 per saham, selanjutnya beli saham WIKA dengan target harga 2.700 per saham, dan buy untuk saham WTON dengan target harga 750 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News