kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.307.000   8.000   0,35%
  • USD/IDR 16.680   -27,00   -0,16%
  • IDX 8.391   -3,35   -0,04%
  • KOMPAS100 1.160   -7,83   -0,67%
  • LQ45 845   -8,63   -1,01%
  • ISSI 290   -0,83   -0,29%
  • IDX30 444   -0,53   -0,12%
  • IDXHIDIV20 511   -2,43   -0,47%
  • IDX80 131   -0,99   -0,75%
  • IDXV30 138   -0,38   -0,28%
  • IDXQ30 140   -0,92   -0,65%

Obligasi Pemerintah Diperkirakan Tetap Positif di 2026, Cermati Faktor Pendukungnya


Senin, 10 November 2025 / 15:45 WIB
Obligasi Pemerintah Diperkirakan Tetap Positif di 2026, Cermati Faktor Pendukungnya
ILUSTRASI. Prospek pasar obligasi pemerintah pada tahun 2026 diperkirakan akan mengalami tren yang positif. Ini disokong oleh kombinasi bauran kebijakan BI yang akomodatif, fundamental eksternal yang relatif kuat, serta basis permintaan domestik yang dalam.


Reporter: Vatrischa Putri Nur | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Prospek pasar obligasi pemerintah pada tahun 2026 diperkirakan akan mengalami tren yang positif. Ini disokong oleh kombinasi bauran kebijakan BI yang akomodatif, fundamental eksternal yang relatif kuat, serta basis permintaan domestik yang dalam.

Chief Economist Permata Bank, Josua Pardede mengungkapkan beberapa hal pendorongnya. Pertama, kebijakan moneter domestik sudah berada pada fase longgar dengan BI-Rate 4,75% dan bauran kebijakan yang mendorong transmisi suku bunga kredit, penambahan likuiditas, serta penguatan pasar sekunder melalui berbagai instrumen likuiditas dan pembelian SBN di sekunder bila diperlukan.

Kedua, yakni ada sentimen fondasi eksternal relatif kuat, sepeeti neraca pembayaran tetap terjaga, cadangan devisa memadai, dan surplus perdagangan masih berlanjut sehingga mengurangi premi risiko dan membantu permintaan SBN domestik.

Ketiga, sisi permintaan investor domestik sangat solid. Kata Josua, pada pasar perdana, rasio bid-to-cover tinggi dan nilai penawaran yang masuk per lelang naik tajam pada 2025; pada pasar sekunder, kegiatan transaksi aktif dan basis investor kian terdalam.

Baca Juga: Menakar Prospek Obligasi Pemerintah pada Tahun 2026

Dengan kombinasi bauran kebijakan BI yang akomodatif, fundamental eksternal yang relatif kuat, serta basis permintaan domestik yang dalam, prospek SBN tahun depan cenderung positif. 

“Sebab, kupon riil tetap menarik dibanding negara kawasan, volatilitas menurun, dan ruang penurunan imbal hasil masih terbuka apabila inflasi tetap rendah dan rupiah stabil,” terang Josua kepada Kontan, Senin (10/11/2025).

Mengenai tren imbal hasil (yield) obligasi pemerintah, Josua bilang proyeksi akhir tahun di mana yield SUN10 tahun berada di kisaran 6,10 – 6,30%, menjadi jangkar yang menunjukkan ruang penurunan terbatas namun masih ada jika faktor global mendukung.

Skenario ini naik ke 6,30 – 6,60% tetap perlu diantisipasi jika data inflasi AS kembali menguat, pengurangan suku bunga global tertunda, atau ada lonjakan kebutuhan pembiayaan yang memadat pada awal tahun. 

Senada, Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menyampaikan prospek obligasi pemerintah masih akan baik di tahun 2026. Hal ini disebabkan adanya tren bunga yang turun, defisit APBN yang dijaga di bawah 3%, dan potensi inflows ke Indonesia. Andry memproyeksi tren yield pada tahun depan berada di kisaran 5,9% - 6%.

Andry membeberkan strategi yang perlu dicermati investor saat ini, yakni untuk building porto. “Karena tren bunga yang turun, building porto untuk dapatkan yield yang menarik karena ke depan akan sulit lagi mendapatkan yield yang setinggi saat ini. Building corporate bonds porto untuk korporasi yang rating bagus,” ujar Andry.

Sementara Josua, menyampaikan beberapa strategi bagi investor obligasi dari kini hingga tahun depan. Pertama dengan menempatkan inti di tenor menengah (5–10 tahun). Dengan slope yang masih positif namun menipis, kurva imbal hasil dengan tenor menengah memberi keseimbangan antara carry dan sensitivitas harga, serta likuiditas tersier terbaik.

Kedua, mengombinasikan SBN tenor 2–3 tahun. Hal ini bisa dilakukan untuk fleksibilitas menghadapi event risk dan memanfaatkan penurunan suku bunga lebih cepat dengan 15–20 tahun (untuk mengunci yield real dan potensi capital gain jika kurva melandai).

Baca Juga: Tren Suku Bunga Rendah Dinilai Jadi Momentum Tepat Jual Obligasi Pemerintah

Ketiga, memanfaatkan momentum lelang dan sekunder. Rasio bid-to-cover tinggi di pasar perdana menunjukkan momen beli terbaik kerap terjadi saat lelang tertentu ketika penawaran seri lebih banyak.

Kemudian, investor bisa melakukan diversifikasi instrumen dan mata uang serta kelola risiko nilai tukar dan likuiditas. Terakhir, investor obligasi perlu memantau tiga penentu kunci.

“Pantau tiga penentu kunci. Data inflasi dan tenaga kerja AS serta arah imbal hasil global, keputusan RDG BI dan kecepatan transmisi suku bunga perbankan, dan neraca eksternal Indonesia yakni surplus dagang yang berlanjut memperkuat rupiah dan menekan premi risiko SBN,” pungkasnya.

Selanjutnya: Satgas PKH Kuasai Tambang Nikel Ilegal di Morowali Seluas 66 Hektar

Menarik Dibaca: Promo Superindo Hari Ini 10-13 November 2025, Beli 1 Gratis 1 Jamur Enoki-Spicy Wing

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×