Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Dengan masing-masing kelebihan dan kekurangan, Nesya mengungkapkan pemilihan jenis obligasi pada akhirnya tergantung dengan kebutuhan dan profil investasi masing-masing investor.
Jika investor menyukai instrumen yang lebih aman dan jangka waktu investasinya menengah-panjang, Nesya menyebut obligasi pemerintah jadi pilihan yang lebih cocok. Tetapi, indikasi imbal hasil yang ditawarkan cenderung lebih rendah dibanding obligasi korporasi.
“Namun, jika investor membutuhkan alternatif untuk yield hunting maka obligasi korporasi menjadi pilihan tepat. Pasalnya, obligasi korporasi punya imbal hasil yang lebih menarik dan tidak rentan terhadap risiko outflow dana asing,” tambah Nesya.
Baca Juga: Sepekan menguat 0,23%, analis prediksi pekan depan rupiah tetap perkasa
Lebih lanjut, dengan memperhatikan berbagai indikator seperti pergerakan suku bunga BI, nilai tukar rupiah, level CDS 5 tahun Indonesia, serta arah pergerakan yield US Treasury 10 tahun, Nesya memproyeksikan imbal hasil obligasi pemerintah benchmark 10 tahun bisa mencapai 6,5% sampai 7%.
“Untuk obligasi korporasi, imbal hasil dapat dihitung berdasarkan yield obligasi SUN sebagai benchmark dan credit spread dengan menyesuaikan tenor dan rating dari obligasi korporasi tersebut,” pungkas Nesya.
Baca Juga: Penerbitan sukuk global akan mengerek cadangan devisa hingga US$ 1,5 miliar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News