Reporter: Nadya Zahira | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investasi surat utang (obligasi) korporasi diprediksi masih banyak diminati oleh investor pada semester II. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan perekonomian yang cukup baik dan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan The Fed.
CEO Pinnacle Investment Indonesia (PT Pinnacle Persada Investama), Guntur Putra mengatakan, ketika suku bunga acuan tinggi maka membuat kupon di pasar surat utang korporasi juga tinggi. Apalagi setelah ada kenaikan di April 2024, ini menjadi alasan bagi investor untuk masuk dan meraih kupon yang tinggi tersebut.
Namun, jika suku bunga turun di akhir tahun nanti, maka investor bisa jadi tidak akan bisa mendapatkan kembali kupon setinggi sekarang. Dengan situasi tersebut, investor akan masuk ke pasar surat utang korporasi dan mengambil momentum sebelum suku bunga diturunkan kemudian.
Guntur mengatakan di semester II-2024, investor masih melihat bahwa obligasi cukup menarik. Namun, salah satu faktor atau sentimen yang perlu dipertimbangkan investor adalah kondisi perekonomian. Jika Indonesia menunjukan stabilitas dan pertumbuhan perekonomian yang cukup baik, tentunya ini dapat menjadi sentimen positif terhadap instrumen obligasi.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Emiten yang Terbitkan Obligasi di Bulan Ini
“Jadi kebijakan suku bunga dan moneter tentu akan mempengaruhi pasar obligasi secara keseluruhan, dan juga tingkat inflasi atau kondisi makro serta geopolitik,” kata Guntur kepada Kontan.co.id, Minggu (21/7).
Lebih lanjut, dia menilai bahwa berinvestasi di obligasi atau surat utang juga bisa menjadi pilihan yang menarik bagi investor karena risikonya relatif terukur, yang ditunjukkan oleh peringkat kredit di masing-masing instrumen dan perusahaan penerbit (emiten).
“Jadi prospek obligasi korporasi di semester II-2024 masih terlihat cukup positif dan jika tingkat suku bunga ada penurunan serta penerbitan obligasi korporasi diharapkan juga meningkat,” imbuhnya.
Sedangkan dari sisi kupon, Guntur menuturkan bahwa tentunya akan sangat bergantung terhadap berbagai kondisi dan profil risiko masing-masing emiten, terutama dari sisi kualitas kredit masing-masing issuers.
“Namun, secara garis besar, yield dari obligasi korparasi cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi pemerintah, dengan asumsi ada risiko kredit yang lebih dari korporasi,” kata dia.
Jumlah Penerbitan Obligasi Korporasi Semester I-2024
Sementara itu, Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, Suhindarto menyebutkan bahwa dari sisi pasokan, penerbitan surat utang korporasi per akhir semester I-2024, tumbuh 33,29% secara year on year (YoY)/ Kalau dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, terjadi kenaikan dari Rp 45,99 triliun menjadi Rp 61,29 triliun. Dari nominal penerbitan tersebut, sebagian besarnya adalah surat utang korporasi.
Dari sisi selera investor, Suhindarto mengatakan bahwa Pefindo mencoba memeriksa 4 investor institusi besar di pasar surat utang korporasi. Dia melihat peningkatan kepemilikan yang besar oleh beberapa institusi, seperti reksadana, yang mana kepemilikan mereka meningkat sekitar Rp 5 triliun dari Rp 118,78 triliun pada akhir 2023 lalu menjadi Rp 123,60 triliun pada akhir semester I-2024.
"Begitu juga, investor perbankan meningkatkan kepemilikan mereka secara cukup besar, bertambah Rp3,36 triliun dari Rp102,8 triliun pada akhir tahun 2023 menjadi Rp 106,16 triliun pada akhir semester I-2024," kata Suhindarto kepada Kontan.co.id, Senin (15/7).
Baca Juga: Ada Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga, Penerbitan Obligasi Emiten Masih Menarik
Meskipun demikian, Suhindarto juga melihat penurunan nilai kepemilikan oleh asuransi. Namun, penurunan tersebut, jika dijumlahkan, tidak sebesar kenaikan kepemilikan oleh reksadana dan perbankan. Kepemilikan Asuransi mengalami penurunan dari Rp117,31 triliun pada akhir 2023 menjadi Rp115,06 triliun pada akhir Juni 2024.
Selain itu, kepemilikan Dana Pensiun juga sedikit turun, dari Rp 66,27 triliun menjadi Rp 65,35 triliun sepanjang periode waktu yang sama.
Di sisi lain, di semester kedua ini, Suhindarto memprediksi bahwa penerbitan surat utang korporasi akan lebih semarak dibandingkan dengan semester I-2024. Hal ini disebabkan oleh nilai jatuh tempo di periode semester II-2024 yang sebesar Rp 85,01 triliun. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pada semester I-2024 yakni sebesar Rp 65,45 triliun.
Mempertimbangkan data tersebut, Suhidarto bilang, di semester II-2024 bisa menjadi momen yang menarik bagi para investor untuk meraih kupon tinggi di pasar surat utang korporasi sebelum nantinya akan semakin langka ketika siklus pemangkasan suku bunga berlangsung.
"Karena penurunan suku bunga ke depan pada akhirnya akan mendorong tingkat kupon juga ikut turun," kata dia.
Terkait dengan kupon, Suhindarto melihat bahwa rata-rata tingkat kupon di 2024, di setiap peringkat relatif mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan karena kondisi suku bunga acuan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan akhir tahun kemarin. Kenaikan kupon terjadi pada seluruh tenor dan peringkat surat utang korporasi.
“Ke depan, sebelum suku bunga diturunkan di akhir tahun, kami melihat kondisi kupon ini tidak akan banyak berubah. Sehingga seperti yang disebutkan sebelumnya, investor mungkin akan melihat ini sebagai momen yang tepat untuk masuk ke pasar surat utang korporasi sebelum suku bunga diturunkan," tandasnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News