kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.464.000   2.000   0,08%
  • USD/IDR 16.682   19,00   0,11%
  • IDX 8.650   -10,84   -0,13%
  • KOMPAS100 1.191   -1,19   -0,10%
  • LQ45 853   4,51   0,53%
  • ISSI 308   -5,08   -1,62%
  • IDX30 440   5,88   1,36%
  • IDXHIDIV20 509   7,43   1,48%
  • IDX80 133   -0,35   -0,26%
  • IDXV30 138   -0,06   -0,04%
  • IDXQ30 140   2,14   1,55%

Kinerja Industri Lemah, Prospek Emiten Otomotif Diproyeksi Moderat


Senin, 15 Desember 2025 / 19:57 WIB
Kinerja Industri Lemah, Prospek Emiten Otomotif Diproyeksi Moderat
ILUSTRASI. Di tengah melemahnya kinerja industri otomotif, prospek saham emiten otomotif dan komponen ke depan pun menjadi perhatian.(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Rashif Usman | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja industri otomotif masih menunjukkan pelemahan. Ini terlihat dari kondisi penjualan mobil nasional yang mencapai 710.084 unit per November 2025, turun turun 9,6% dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 785.917 unit.

Melihat realisasi tersebut, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo)  melakukan penyesuaian target. Gaikindo merevisi turun target penjualan mobil nasional menjadi 780.000 unit hingga akhir tahun 2025 dari target semula 850.000-900.000 unit.

Di tengah melemahnya kinerja industri otomotif tersebut, prospek saham emiten otomotif dan komponen ke depan pun menjadi perhatian.

Analis Fundamental BRI Danareksa Sekuritas, Abida Massi Armand, menilai prospek emiten otomotif hingga akhir 2025 cenderung moderat. Hal ini dipengaruhi oleh masih tingginya suku bunga Kredit Kendaraan Bermotor (KKB) yang menahan daya beli konsumen, seiring dengan revisi turun target penjualan mobil menjadi 780.000 unit.

Baca Juga: Emiten Ramai Gelar Private Placement Akhir 2025, Simak Rekomendasi Sahamnya

Di tengah sentimen yang menantang, saham yang patut dilirik adalah PT Astra International Tbk (ASII) dan emiten komponen seperti PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dan PT Dharma Polimetal Tbk (DRMA). 

Menurut Abida, ASII menjadi pilihan defensive play berkat portofolio bisnis yang terdiversifikasi, di mana kontribusi laba dari segmen non-otomotif seperti alat berat, pertambangan dan jasa keuangan dapat menyangga kinerja di tengah lesunya penjualan mobil. 

Sementara itu, AUTO dan DRMA diuntungkan secara struktural karena perusahaan merupakan penerima manfaat utama dari stabilitas pasar aftermarket dan transisi ke kendaraan listrik (EV) yang mewajibkan lokalisasi komponen untuk memenuhi persyaratan Tingkat Komponen Dalam negeri (TKDN) 40%.

Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), David Kurniawan, menilai kinerja emiten otomotif masih akan berada di bawah tekanan hingga akhir 2025, khususnya dari sisi volume penjualan dan tingkat marjin.

Meski demikian, ia melihat prospek sektor otomotif berpeluang membaik secara bertahap pada tahun 2026. Perbaikan tersebut ditopang oleh potensi penurunan suku bunga yang dapat membuat pembiayaan kendaraan menjadi lebih terjangkau, membaiknya daya beli seiring terjaganya stabilitas ekonomi, serta mulai munculnya katalis baru dari akselerasi transisi menuju kendaraan listrik.

Baca Juga: Santa Claus Rally Berpeluang Mengangkat IHSG 2%-5%, Ini Kuncinya

"Tahun 2025 adalah fase konsolidasi bagi otomotif, sementara 2026 menjadi fase pemulihan selektif, bukan rebound menyeluruh," ujar David kepada Kontan, Senin (15/12/2025).

David menambahkan, saham yang dapat menjadi pertimbangan investor saat ini antara lain ASII dan AUTO. Menurutnya, ASII memiliki ekosistem otomotif yang paling lengkap, dengan kontribusi laba yang tidak hanya berasal dari penjualan kendaraan, tetapi juga dari bisnis jasa keuangan dan sektor non-otomotif. Emiten ini dinilai tepat sebagai proxy pemulihan industri otomotif dalam jangka menengah.

Sementara itu, AUTO diuntungkan oleh segmen aftermarket dan suku cadang yang cenderung lebih resilien ketika penjualan mobil melemah. Selain itu, marjin AUTO relatif lebih stabil dibandingkan dengan agen pemegang merek (ATPM) murni.

Adapun Abida memandang prospek emiten otomotif tahun 2026 menjadi lebih positif, didukung oleh ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter dengan proyeksi penurunan BI Rate sebanyak 50 basis poin (bps) yang dapat mendorong transmisi suku bunga KKB. Selain itu, mandat TKDN mobil listrik sebesar 40% pada tahun 2026 juga menjadi katalis struktural yang menguntungkan emiten komponen domestik.

Secara terpisah, Retail Research Analyst Sinarmas Sekuritas Cindy Alicia Ramadhania berpendapat industri otomotif pada tahun 2025 belum berjalan secara optimal terlihat dari total penjualan mobil nasional yang masih dalam tren penurunan. 

"Ini bisa disebabkan oleh penurunan daya beli konsumen atau konsumen memilih alternatif lainnya dengan melakukan pembelian mobil bekas," ucap Cindy kepada Kontan, Senin (15/12/2025).

Dari sisi prospek, saham ASII masih memiliki sentimen dari sisi ekspansi bisnis yang harapannya bisa mendorong kinerja keuangan perusahaan.

Perlu Insentif

Abida menilai insentif fiskal yang paling mendesak dan terbukti efektif untuk menggairahkan penjualan di tahun 2026 adalah pengaktifan kembali insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPNBM DTP). 

Selain itu, pemerintah juga perlu menyeimbangkan kembali struktur pajak untuk memberikan dukungan yang lebih besar kepada kendaraan Hybrid Electric Vehicle (HEV), yang dipandang sebagai jembatan yang realistis menuju elektrifikasi dan dapat diterima lebih cepat oleh pasar massal Indonesia, sehingga memberikan dorongan penjualan yang lebih cepat pada emiten besar.

Sejalan dengan itu, David menilai industri otomotif juga membutuhkan stimulus untuk menopang daya beli, khususnya melalui kebijakan fiskal yang menjaga konsumsi rumah tangga kelas menengah. 

Stimulus tersebut dapat berupa insentif pembiayaan, subsidi bunga kredit kendaraan, atau skema uang muka (DP) rendah bagi pembeli pertama. Selain itu, relaksasi pajak kendaraan serta kelanjutan diskon PPnBM, terutama untuk mobil ramah lingkungan dan segmen low cost green car (LCGC), juga dinilai penting untuk mendorong permintaan.

Abida merekomendasikan buy saham ASII dengan target harga Rp 7.450 per saham. Sementara, David menyarankan buy on weakness saham ASII dan akumulasi beli saham AUTO. 

Adapun Cindy mengusulkan speculative buy saham ASII di target harga Rp 6.900 per saham.

Selanjutnya: Jelang Rapat Dewan Gubernur BI Saham Big Banks Rebound, Cek Rekomendasi Analis

Menarik Dibaca: Menu Diet Turun Berat Badan Tanpa Nasi untuk Seminggu, Coba yuk!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi, Tips, dan Kertas Kerja SPT Tahunan PPh Coretax Orang Pribadi dan Badan Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM)

[X]
×