Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih tak berdaya menghadapi tekanan penguatan dolar AS.
Jumat pekan lalu (14/6), kurs rupiah spot ditutup melemah 0,87% ke Rp 16.412 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) turun 0,54% ke Rp 16.374 per dolar AS.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, dolar AS melanjutkan rebound yang didukung sentimen pernyataan hawkish Ketua The Fed Jerome Powell. Di sisi lain, ia menilai, penguatan dolar AS tidak rasional lantaran data inflasi konsumen dan produsen AS telah turun dari perkiraan karena penuruann harga minyak dunia.
Begitu pula imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun masih turun dan mencapai level terendah dalam 1,5 bulan. Probabilitas pemangkasan suku bunga the Fed pun meningkat dari 25 bps-35 bps menjadi 50 bps di akhir tahun.
Dus, Lukman memperkirakan dolar AS berpotensi turun sehingga rupiah diperkirakan akan menguat. Dari domestik, pergerakan rupiah juga akan dipengaruhi data perdagangan dan rapat dewan gubernur Bank Indonesia (BI).
"Rupiah diperkirakan pada kisaran Rp 16.250 - Rp 16.350," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (14/6).
Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Masih Tertekan Sikap Hawkish Fed Pekan Ini
Sementara Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi berpandangan rupiah masih berpotensi melemah. Salah satunya akibat Uni Eropa yang mengumumkan tarif tinggi antara 17% hingga 30% untuk impor kendaraan listrik Tiongkok.
Lalu, risiko ekonomi global masih cenderung negatif, meskipun ada kemungkinan beberapa kejutan yang positif. Penyebabnya adalah ketegangan geopolitik yang meningkat dapat menyebabkan harga komoditas bergejolak, sementara fragmentasi perdagangan lebih lanjut berisiko menyebabkan gangguan tambahan pada jaringan perdagangan.
Kemudian, ketidakpastian kebijakan perdagangan telah mencapai tingkat yang sangat tinggi dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Lalu, suku bunga yang tinggi juga akan meredam aktivitas global.
Beberapa perekonomian besar juga berisiko tumbuh lebih lambat dari perkiraan karena berbagai tantangan domestik. "Bencana alam tambahan yang berkaitan dengan perubahan iklim juga dapat menghambat aktivitas ekonomi," kata Ibrahim.
Ibrahim memperkirakan, rupiah berpotensi melemah dengan rentang Rp 16.400 - Rp 16.470 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News