Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga nikel memimpin penurunan logam industri dan menuju penurunan mingguan pertama dalam empat pekan. Pemeliharaan musiman pabrik stainless steel di China telah memangkas permintaan nikel.
Sementara prospek konsumsi global masih bersemangat lantaran pembuat kebijakan berjuang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Mengutip Bloomberg, Kamis (4/8) harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange sempat tergerus 2,5% ke level US$ 10.465 per metrik ton dan diperdagangkan di US$ 10.540 per metrik ton pada pukul 14.58 waktu Shanghai.
Nikel telah menguat 19,5% tahun ini di tengah prospek kekurangan global yang dapat semakin buruk setelah penutupan tambang di Filipina. Sementara di Jepang, pemerintah bersama dengan bank sentral memberi dukungan yang belum pernah terjadi sebelumnya yakni berupa stimulus baik fiskal maupun moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Lalu Bank Sentral Inggris (BOE) dipekirakan akan memangkas suku bunga pada pertemuan hari ini."Nikel mengalami koreksi setelah rally baru - baru ini lantaran pemeliharaan musim panas pada pabrik stainless steel China telah mengurangi permintaan," kata Yang Bo, seorang analis SMM Information and Technology Co., seperti dikutip Bloomberg.
Laju manufaktur China biasanya melambat di musim panas yakni antara bulan Juli hingga Agustus sehingga mengurangi permintaan logam.
Harga nikel turun bahkan ketika Filipina terlihat menghentikan lebih banyak tambang yang tidak memenuhi standar lingkungan. Sekretaris Departemen Lingkungan Filipina, Gina Lopez menyatakan telah menangguhkan operasi tambang di kota Claver dalam sebuah wawancara.
"Saya tetap mendukung bullish pada nikel," kata Yang. "Penutupan lebih lanjut di Filipina pasti akan mengekang resiko penurunan pada harga," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News