kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Harga nikel terkoreksi sementara


Selasa, 26 Juli 2016 / 17:31 WIB
Harga nikel terkoreksi sementara


Reporter: Namira Daufina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Kenaikan harga nikel tercederai oleh koreksi teknikal dan prediksi defisit global yang menyusut. Hanya saja diduga ini bersifat sementara dan kenaikan harga akan segera terjadi lagi.

Mengutip Bloomberg, Selasa (26/7) pukul 14.15 WIB harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 2,3% di level US$ 10.234 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.

Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka mengatakan koreksi teknikal memang wajar terjadi. Pelaku pasar berbondong melakukan aksi profit taking akibat kenaikan harga yang sudah tajam. Nyaris tidak ada faktor negatif lainnya di pasar saat ini secara fundamental.

“USD sedang melemah, namun pasar juga bersikap wait and see,” kata Ibrahim. Menyusul kian dekatnya pertemuan FOMC pada tengah pekan nanti. Itu juga bisa membebani harga komoditas secara mayoritas termasuk nikel. Disebabkan oleh kekhawatiran menanti hasil FOMC tentunya pelaku pasar cenderung berburu aset safe haven dan meninggalkan aset berisiko termasuk komoditas.

Terbaru beban bagi harga nikel datang dari dugaan produsen nikel Jepang yang menduga akan terjadi penyempitan angka defisit pasokan tahun ini. Meski produksi dari Filipina tertahan oleh kebijakan pemerintahnya yang memperketat aktivitas perusahaan tambang namun tambahan produksi global akan disumbang oleh Indonesia.

Menurut General Manager Sumitomo Metal Mining Co, Masanori Ohyama, sepanjang tahun 2016 defisit nikel global hanya sekitar 47.000 ton. Padahal pada bulan Mei 2016 lalu ia memperkirakan akan terjadi defisit nikel sekitar 80.000 ton. “Ini jelas membebani harga karena dugaan yang bernada negatif,” ujar Ibrahim.

Hitungan ini berdasarkan estimasi produksi global yang turun 5,4% menjadi 1,867 juta ton di 2016 dengan konsumsi yang naik 1,1% menjadi 1,914 juta ton. Tahun ini akan menjadi tahun pertama terjadinya defisit nikel setelah lima tahun pasar selalu mengalami surplus pasokan.

"Koreksinya hanya sementara, setelah kekhawatiran ini mereda, harga masih berpotensi naik lagi," tutur Ibrahim.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Berita Terkait


Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×