kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

NFT kian tren, semakin luas dan bisa masuk ke dalam berbagai aset komoditas


Minggu, 12 Desember 2021 / 09:06 WIB
NFT kian tren, semakin luas dan bisa masuk ke dalam berbagai aset komoditas
ILUSTRASI. Petani memanfaatkan Hara Token


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saat ini Non Fungible Token (NFT) semakin menjadi tren di Indonesia. Sebab, NFT bisa menjadi instrumen menarik yang bisa mendigitalisasi aset karya seni atau lainnya. Tak hanya itu, NFT juga mirip dengan aset crypto yang dapat diperjualbelikan sehingga bisa berpeluang menjadi investasi di sistem blockchain.

Pembeda uang crypto dengan NFT yakni pada limitasi-nya. Jika uang crypto berupa koin yang diperdagangkan dengan jumlah tertentu, sedangkan NFT merupakan nilai karya seni digital dengan jumlah terbatas dibandingkan crypto. Tentu saja, pemiliknya mendapatkan eksklusivitas tersendiri terhadap karya seni digital yang dipunya.

Di sisi lain, pemanfaatan NFT kini semakin luas dan bisa masuk ke dalam berbagai aset komoditas sehingga membuatnya semakin fleksibel. NFT juga dikenal sebagai salah satu crypto yang bisa memiliki banyak manfaat ke berbagai industri, di antaranya pertanian.

Potensi yang besar ini juga memiliki dampak signifikan terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Melalui Meta Forest Society hasil kolaborasi On Us Asia, Hara Token, dan Nice to Meet You Studio kini NFT bisa memberi dampak nyata buat para petani untuk bisa survive di kala pandemi.

Hal ini membuktikan, NFT tak hanya bermanfaat buat pemiliknya, namun memiliki implikasi positif untuk kemajuan bangsa.

Baca Juga: Dari NFT untuk petani perempuan Indonesia

Program Manager Meta Forest Society, Tiffany Setiadharma mengatakan, keberadaan NFT yang dimiliki harus punya manfaat buat orang di sekeliling.

Melalui program Metaforest dengan HARA pihaknya berupaya membangkitkan potensi perempuan di sektor pertanian lewat komoditas Jahe dengan PERTAHARA (Perempuan Tani Harapan Rakyat) sebagai payungnya.

“Kami memiliki kewajiban kepada pemegang NFT untuk memenuhi janji sesuai dengan roadmap kami dan memikirkan cara kreatif serta inovatif lainnya untuk memberikan nilai positif kepada pemegang NFT dan komunitas kami,” ujarnya, dalam keterangannya, Minggu (12/12).

Sampai sekarang, pihaknya juga menjamin bahwa para pemilik NFT yang sudah dibeli tidak bisa dipalsukan dan bisa sangat mudah dilacak siapa pencipta dan kepemilikan asalnya.

Sehingga bisa aman untuk dijadikan aset investasi ke depan. Karena bisa mengurangi peran pihak ketiga, sehingga seniman bisa mendapatkan royaltinya tanpa khawatir karyanya ditiru.

Dikutip dari DappRadar penjualan NFT mengalami peningkatan signifikan di kuartal III 2021. Nilai transaksi yang dicatat menembus delapan kali lipat dibandingkan kuartal II 2021. Semula 1,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp18,5 triliun melonjak hingga 10,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp152 triliun.

NFT Bantu Kesejahteraan Petani melalui HARA

Lalu, bagaimana NFT membantu kesejahteraan petani? Melalui Hara Token, pihaknya membuktikan bahwa blockchain bisa bermanfaat untuk kepentingan sosial. Dari Hara Token, sekitar 20 persen pendapatan dari NFT digunakan untuk membantu petani jahe dan keluarganya.

Baca Juga: NFT makin populer, RI perlu punya marketplace lokal

Caranya, token yang ada di Hara Token dikembangkan untuk mendukung pertukaran data berbasis blockchain untuk sektor pertanian dan pangan. Data-data yang dikumpulkan lantas akan disimpan dalam database, lalu dienkripsi dengan sistem blockchain yang dapat ditinjau dan diakses oleh para petani.

Ada lima kategori data yang HARA punya agar bisa digunakan para pengguna. Di antaranya data umum (identitas dan latar belakang petani), data geo tagging, data aktivitas sektor pertanian, data yang terkait dengan ekologi dan terkait pasar, harga, hingga, transaksi hasil panen.

HARA mengklaim kalau data-data yang mereka kumpulkan bisa dimanfaatkan sektor dan industri lain untuk memenuhi target tertentu. Sebagai contoh, lembaga keuangan yang ingin memberikan pinjaman usaha kepada petani. Dalam hal ini adalah para petani jahe yang berusaha menghasilkan jahe lokal terbaik dengan harga yang kompetitif di pasaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×