Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
Sehingga bisa aman untuk dijadikan aset investasi ke depan. Karena bisa mengurangi peran pihak ketiga, sehingga seniman bisa mendapatkan royaltinya tanpa khawatir karyanya ditiru.
Dikutip dari DappRadar penjualan NFT mengalami peningkatan signifikan di kuartal III 2021. Nilai transaksi yang dicatat menembus delapan kali lipat dibandingkan kuartal II 2021. Semula 1,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp18,5 triliun melonjak hingga 10,7 miliar dollar AS atau sekitar Rp152 triliun.
NFT Bantu Kesejahteraan Petani melalui HARA
Lalu, bagaimana NFT membantu kesejahteraan petani? Melalui Hara Token, pihaknya membuktikan bahwa blockchain bisa bermanfaat untuk kepentingan sosial. Dari Hara Token, sekitar 20 persen pendapatan dari NFT digunakan untuk membantu petani jahe dan keluarganya.
Baca Juga: NFT makin populer, RI perlu punya marketplace lokal
Caranya, token yang ada di Hara Token dikembangkan untuk mendukung pertukaran data berbasis blockchain untuk sektor pertanian dan pangan. Data-data yang dikumpulkan lantas akan disimpan dalam database, lalu dienkripsi dengan sistem blockchain yang dapat ditinjau dan diakses oleh para petani.
Ada lima kategori data yang HARA punya agar bisa digunakan para pengguna. Di antaranya data umum (identitas dan latar belakang petani), data geo tagging, data aktivitas sektor pertanian, data yang terkait dengan ekologi dan terkait pasar, harga, hingga, transaksi hasil panen.
HARA mengklaim kalau data-data yang mereka kumpulkan bisa dimanfaatkan sektor dan industri lain untuk memenuhi target tertentu. Sebagai contoh, lembaga keuangan yang ingin memberikan pinjaman usaha kepada petani. Dalam hal ini adalah para petani jahe yang berusaha menghasilkan jahe lokal terbaik dengan harga yang kompetitif di pasaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News