Reporter: Akmalal Hamdhi, Shifa Nur Fadila | Editor: Ahmad Febrian
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah long weekend, hari ini bursa saham kembali buka. Perdagangan hari ini diwarnai rasa waswas lantaran buruknya kondisi pasar keuangan Indonesia.
Di bursa saham misalnya, pekan lalu jumlah aksi jual alias net sell asing hamper mencapai Rp 3 triliun. Total jenderal sepanjang Mei 2024, asing sudah hengkang sudah mencapai Rp 6,45 triliun. Sementara kurs rupiah tetap betah di atas Rp 16.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Berdasarkan Jisdor Bank Indonesia (BI) Rabu (8/5), rupiah tutup di Rp 16.081 per dolar AS. Senin awal pekan lalu sempat menguat ke Rp 16.025 per dolar AS.
BI sendiri sudah cukup lama melakukan intervensi menjaga kurs rupiah. Akibat intervensi itu cadangan devisa April 2024 cuma sebesar US$ 136,2 miliar. Menuurun dibandingkan posisi pada akhir Maret 2024 sebesar US$ 140,4 miliar. Cadangan devisa pada April 2024 merupakan yang terendah sejak Desember 2022
Sejauh ini, intervensi sepertinya belum mampu menjinakkan rupiah. Apalagi asing terus gencar melakukan net sell. Berdasarkan data BI, selama tahun 2024, hingga 7 Mei 2024, nonresiden jual neto Rp 46,61 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp3,83 triliun di pasar saham.
Baca Juga: Banyak Hari Libur Bikin Bursa Lesu dan Asing Kabur
Nah, berdasarkan berbagai kondisis tersebut, rupiah diperkirakan melemah di perdagangan, Senin (13/5). Potensi pelemahan mata uang Garuda akan dipengaruhi oleh lesunya fundamental ekonomi Indonesia.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana melihat, rupiah dinilai masih dalam tekanan turunnya cadangan devisa bulan April 2024 yang dirilis Rabu (8/5) lalu. “Saya rasa tergerusnya cadangan devisa menjadi fundemantal utama rupiah akan terdepresiasi,” kata Fikri, Minggu (12/5).
Sedangkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga kemungkinan terkoreksi di awal pekan ini. Analis MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana menyatakan, pendoron pelemahan dalah perkembangan ekonomi China yang pekan ini ada rilis neraca dagang dan inflasi dari negara tersebut.
Proyeksi tersebut berdasarkan laju IHSG yang terkoreksi yang dipengaruhi oleh beberapa hal. Misalnya rilis data pertumbuhan atau produk domestik bruto (PDB) Indonesia kuartal I-2024 sebesar 5,11% year on year (yoy). Selain itu, imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News