Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor energi menjadi tulang punggung Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun lalu. Ini tercermin dari Indeks IDX Energy yang naik hingga 105% tahun lalu, menjadikan indeks ini sebagai indeks sektoral tercuan.
Sejumlah saham di sektor ini naik hingga berkali-kali lipat. Misalkan, saham PT Bayan Energy yang naik 701,13%, PT Rukun Raharja Tbk (RAJA) yang melesat 457,29%, PT RMK Energy Tbk (RMKE) yang naik 313,2%, dan PT Golden Eagle Energy Tbk (SMMT) yang naik 209,52%.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana melihat, secara sektoral, sektor IDX Energy masih memiliki peluang untuk menguat secara teknikal, dengan area support berada di 2.122 dan resistance di 2.406.
Baca Juga: IHSG Ditutup Naik Tipis 0,01% ke 6.850 Pada Senin (2/1), Sektor Kesehatan Melorot
Namun demikian, dalam jangka pendek para pelaku pasar dapat mencermati akan adanya koreksi terlebih dahulu.
Terdapat saham-saham di sektor ini yang Herditya perkirakan masih cenderung uptrend, yakni PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Delta Dunia Makmur Tbk ( DOID).
“Untuk rekomendasi terhadap emiten yang sudah naik tinggi, bisa untuk trading dalam jangka pendek terlebih dahulu. Karena kami mencermati masih adanya peluang kenaikan dalam jangka pendek,” kata Herditya kepada Kontan.co.id, Senin (2/1).
Senada, Analis Panin Sekuritas Christian Anderson Yuwono menilai, masih ada potensi kenaikan di saham energy (komoditas) walaupun memang tidak setinggi tahun lalu. Investor masih dapat memperhatikan saham BYAN dengan rekomendasi buy on weakness (BOW). Saham BYAN masih bergerak uptrend dan bisa manfaatkan untuk buy on weakness di support kuat.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.830 di Sesi I, Senin (2/1), Nilai Transaksi Hanya Rp 3,9 Triliun
Saham RAJA saat ini bergerak sideways besar dalam kisaran Rp 930 sampai dengan Rp 1.200, dengan rekomendasi buy on support dengan range bawah atau buy on breakout Rp 1.200.
Saham ENRG bergerak cenderung sideways, buy on support and sell on strength. Serta saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dengan rekomendasi buy on support sell on strength. Saham BUMI bergerak sideways dalam range harga Rp 155 sampai Rp 200, dimana investor bisa memperhatikan support di Rp 155.
Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Juan Harahap mengatakan, seiring harga batubara yang diproyeksi akan turun ke depan, dia melihat ada kenaikan potensi risiko penurunan harga saham batubara.
Dus, dengan memperkirakan adanya tekanan pada harga saham pertambangan batubara di masa depan, Mirae Asset Sekuritas menurunkan rating sektor batubara menjadi netral dari sebelumnya overweight.
Ada sejumlah sentimen yang mendukung proyeksi penurunan harga batubara.
Pertama, kenaikan produksi batubara domestik di China dan India. Produksi batubara China di tahun lalu meningkat sebesar 12,8% YoY, didukung oleh kebijakan peningkatan produksi batubara dan pembatasan harga untuk memastikan harganya terjangkau untuk keperluan pembangkit listrik.
Dengan peningkatan kapasitas batubara domestik, Juan memperkirakan China akan terus meningkatkan hasil produksi dalam negeri, yang bertranslasi ke pelemahan aktivitas impor batubara di tahun ini.
Baca Juga: IHSG Bergerak Tipis di Awal Perdagangan 2023, Senin (2/1)
Kedua, permintaan energi terbarukan. Ketiga, eksportir batubara lintas laut (seaborn) telah meningkatkan produksi untuk mengambil untung dari kenaikan harga batubara saat ini.
Oleh karena itu, Juan memperkirakan harga batubara global akan berada pada US$ 280 per ton, menurun 12,5% secara year-on-year (YoY) di 2023.
Meski melandai, Juan masih memperkirakan harga batubara akan tetap lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, Juan melihat pasokan komoditas energi masih terbatas dengan batubara masih digunakan untuk mengompensasi kekurangan pasokan gas dari Rusia.
Di sektor batubara, Juan menjadikan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebagai pilihan utama alias top picks, dengan tiga pertimbangan. Pertama, diversifikasi ke bisnis non-batubara yang akan menguntungkan ke depannya.
Kedua, positioning yang kuat di pasar domestik akan bermanfaat ketika skema badan layanan umum (BLU) diimplementasikan.
Juan merekomendasikan trading buy saham ADRO dengan target harga Rp 3.780. Sementara untuk saham PTBA dan ITMG, Juan merekomendasikan hold dengan target harga masing-masing Rp 3.690 dan Rp 40.800.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan juga menyematkan rating overweight di sektor minyak dan gas (migas). Hasan memperkirakan harga spot minyak mentah Brent ada di kisaran US$ 85 per barel pada tahun depan.
Baca Juga: Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham dari Phillip Sekuritas Untuk Senin (2/1)
Menurut Hasan, ke depan terdapat kemungkinan adanya gangguan pasokan minyak mentah dan melambatnya pertumbuhan produksi minyak mentah. Faktor ini bisa mendorong harga minyak menjadi lebih tinggi.
Di sisi lain, potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu sentimen yang membuat harga minyak berpotensi menurun tahun depan.
Pilihan utama alias top picks BRI Danareksa di sektor minyak dan gas adalah AKRA. Perusahaan penyalur bahan bakar minyak (BBM) ini diyakini memiliki kinerja yang solid di tahun depan. Kinerja AKRA diekspektasikan bakal disokong oleh kawasan industri JIIPE Gresik miliknya.
Hasan merekomendasikan beli saham AKRA dengan target harga Rp 1.800
Hasan merekomendasikan beli saham PGAS dengan target harga Rp 2.250. Namun, proyeksi dia, kontribusi PGAS dari anak usahanya, yakni Saka Energy (Saka) akan menurun dengan ekspektasi harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) yang lebih rendah tahun depan.
Rekomendasi hold disematkan Hasan untuk saham MEDC dengan target harga Rp 1.200. Rating ini menimbang laba bersih MEDC akan menurun seiring dengan harga minyak yang juga berpotensi menurun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News