Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Dus, dengan memperkirakan adanya tekanan pada harga saham pertambangan batubara di masa depan, Mirae Asset Sekuritas menurunkan rating sektor batubara menjadi netral dari sebelumnya overweight.
Ada sejumlah sentimen yang mendukung proyeksi penurunan harga batubara.
Pertama, kenaikan produksi batubara domestik di China dan India. Produksi batubara China di tahun lalu meningkat sebesar 12,8% YoY, didukung oleh kebijakan peningkatan produksi batubara dan pembatasan harga untuk memastikan harganya terjangkau untuk keperluan pembangkit listrik.
Dengan peningkatan kapasitas batubara domestik, Juan memperkirakan China akan terus meningkatkan hasil produksi dalam negeri, yang bertranslasi ke pelemahan aktivitas impor batubara di tahun ini.
Baca Juga: IHSG Bergerak Tipis di Awal Perdagangan 2023, Senin (2/1)
Kedua, permintaan energi terbarukan. Ketiga, eksportir batubara lintas laut (seaborn) telah meningkatkan produksi untuk mengambil untung dari kenaikan harga batubara saat ini.
Oleh karena itu, Juan memperkirakan harga batubara global akan berada pada US$ 280 per ton, menurun 12,5% secara year-on-year (YoY) di 2023.
Meski melandai, Juan masih memperkirakan harga batubara akan tetap lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Sebab, Juan melihat pasokan komoditas energi masih terbatas dengan batubara masih digunakan untuk mengompensasi kekurangan pasokan gas dari Rusia.
Di sektor batubara, Juan menjadikan saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) sebagai pilihan utama alias top picks, dengan tiga pertimbangan. Pertama, diversifikasi ke bisnis non-batubara yang akan menguntungkan ke depannya.
Kedua, positioning yang kuat di pasar domestik akan bermanfaat ketika skema badan layanan umum (BLU) diimplementasikan.
Juan merekomendasikan trading buy saham ADRO dengan target harga Rp 3.780. Sementara untuk saham PTBA dan ITMG, Juan merekomendasikan hold dengan target harga masing-masing Rp 3.690 dan Rp 40.800.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Hasan Barakwan juga menyematkan rating overweight di sektor minyak dan gas (migas). Hasan memperkirakan harga spot minyak mentah Brent ada di kisaran US$ 85 per barel pada tahun depan.
Baca Juga: Intip Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham dari Phillip Sekuritas Untuk Senin (2/1)
Menurut Hasan, ke depan terdapat kemungkinan adanya gangguan pasokan minyak mentah dan melambatnya pertumbuhan produksi minyak mentah. Faktor ini bisa mendorong harga minyak menjadi lebih tinggi.
Di sisi lain, potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu sentimen yang membuat harga minyak berpotensi menurun tahun depan.
Pilihan utama alias top picks BRI Danareksa di sektor minyak dan gas adalah AKRA. Perusahaan penyalur bahan bakar minyak (BBM) ini diyakini memiliki kinerja yang solid di tahun depan. Kinerja AKRA diekspektasikan bakal disokong oleh kawasan industri JIIPE Gresik miliknya.
Hasan merekomendasikan beli saham AKRA dengan target harga Rp 1.800
Hasan merekomendasikan beli saham PGAS dengan target harga Rp 2.250. Namun, proyeksi dia, kontribusi PGAS dari anak usahanya, yakni Saka Energy (Saka) akan menurun dengan ekspektasi harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) yang lebih rendah tahun depan.
Rekomendasi hold disematkan Hasan untuk saham MEDC dengan target harga Rp 1.200. Rating ini menimbang laba bersih MEDC akan menurun seiring dengan harga minyak yang juga berpotensi menurun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News