kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Musim rontok laba bersih emiten batubara


Kamis, 02 Mei 2013 / 10:22 WIB
Musim rontok laba bersih emiten batubara
ILUSTRASI. Berikut waktu yang tepat menyaksikan puncak hujan Meteor Leonid (18-19 November 2021)


Sumber: Bloomberg |

JAKARTA. Emiten batubara masih berjalan tertatih-tatih di permulaan 2013. Hal ini terlihat dari beberapa emiten batubara berkapitalisasi pasar besar yang sudah merilis kinerja kuartal I-2013.

PT Bukit Asam Tbk (PTBA) di kuartal I ini hanya mampu mencetak laba yang bisa diatribusikan kepada pemilik sebesar Rp 493,18 miliar. Dibandingkan kuartal I-2012, laba bersih ini turun 43,14%. Demikian juga dengan beberapa emiten lainnya yang mencetak penurunan laba cukup besar (lihat tabel).

Yang terbaru adalah PT Adaro Energy Tbk. Emiten bersandi ADRO ini hanya meraih pendapatan senilai US$ 740,6 juta. Pencapaian ini turun 19% dibandingkan periode sama 2012 yang senilai US$ 915,9 juta.

Penurunan pendapatan ini tidak terlepas dari kinerja operasionalnya. Pasalnya volume produksi ADRO hanya meningkat 4,2% menjadi 11,42 juta ton. Hal ini berimbas pada volume penjualan ADRO yang turun 0,2% menjadi 11,23 juta ton. Bahkan, pemindahan lapisan penutup alias overburden removal ADRO melorot 10,5% menjadi 62,25 juta bank cubic meter (bcm).

Kondisi tersebut diperparah oleh melorotnya harga jual batubara ADRO. Di kuartal I-2013, harga jual rata-rata atau average selling price (ASP) ADRO turun 18%. Alhasil, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik turun 66,47% menjadi US$ 40,72 juta. "Kondisi pasar saat ini merupakan koreksi yang sehat terhadap pertumbuhan pasokan yang tidak disiplin," kata Garibaldi Thohir, Presiden Direktur ADRO, Selasa (30/4).

Nasib serupa dialami PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Di kuartal I-2013, BUMI membukukan pendapatan senilai US$ 942,53 juta, turun 6,48% dari periode sama tahun 2012 yang senilai US$ 1 miliar.

BUMI bahkan masih menderita rugi bersih senilai US$ 62,91 juta di akhir Maret 2013, dari sebelumnya US$ 100,36 juta. Asal tahu saja, turunnya kerugian bukan imbas dari perbaikan operasional, tapi lantaran transaksi derivatif BUMI di kuartal I-2013 mencetak laba US$ 1,42 juta dari sebelumnya rugi US$ 16,22 juta.

Di kuartal I-2012 misalnya, BUMI menderita rugi transaksi derivatif senilai US$ 16,2 juta. Kerugian itu membesar menjadi US$ 129,6 juta di kuartal II 2012. Akhir September 2012, kerugian derivatif meningkat jadi US$ 276,2 juta. Namun, di kuartal IV-2012, nilainya berubah menjadi laba senilai US$ 77,2 juta. "Derivatif dihitung setiap kuartal berdasarkan harga saham maupun perdagangan obligasi setiap kuartalnya," jelas Dileep.

Revisi target harga

Karena penurunan kinerja ADRO, analis Bahana Securities Jennifer Frederika Yapply, dalam risetnya kemarin (1/5), menurunkan target harga ADRO dari Rp 1.170 menjadi Rp 1.000 per saham. Perolehan laba bersih ADRO, menurut Jennifer, hanya mencapai 55% dari ekspektasinya. Dia menargetkan,hingga akhir tahun 2013, laba bersih ADRO turun menjadi US$ 322 juta, dari tahun 2012 yang sebesar US$ 385 juta. Kemarin (1/5) harga saham ADRO turun 2,44% menjadi Rp 1.200 per saham.

Sementara, analis AAA Securities Carrel Mulyana, dalam risetnya 29 April lalu, mengubah target harga saham PTBA dari Rp 16.900 menjadi Rp 16.000 per saham, mencerminkan rasio harga terhadap laba bersih (PER) 2013 sebesar 12,4 kali,dengan rekomendasi hold. Kemarin, saham PTBA anteng di Rp 15.250.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×