kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Musim bangun saham-saham tidur


Selasa, 31 Januari 2017 / 12:08 WIB
Musim bangun saham-saham tidur


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Volume transaksi Bursa Efek Indonesia (BEI) melonjak pada Januari ini. Hingga kemarin, volume transaksi harian rata-rata BEI mencapai 14,03 miliar saham.

Angka ini melonjak 254% ketimbang Januari tahun lalu yang hanya 3,96 miliar saham per hari. Salah satu pemicunya adalah pengembalian batas auto rejection menjadi simetris.

Yang perlu dicermati adalah, rata-rata volume transaksi harian sepanjang Januari 2015 tercatat hanya sekitar 7,04 miliar. Pada periode ini, sistem transaksi bursa juga masih menggunakan auto rejection simetris, sebelum diganti dengan asimetris pada Agustus 2015.

Pada Januari 2014 dan Januari 2013 masing-masing volume transaksi sebesar 4,48 miliar dan 6,18 miliar.

Hamdi Hassyarbaini, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, mengatakan, dengan auto rejection simetris, batas bawah menjadi lebih lebar. Ini akan memberi ruang yang lebih lebar bagi investor untuk mencari keuntungan. "Sehingga, investor lebih aktif bertransaksi," kata Hamdi, Senin (30/1).

Batas bawah yang kembali dibuka lebar akan membuat pasar lebih leluasa membentuk harga. Ada saat-saat tertentu di mana pasar menyebabkan atau membentuk harga saham tertentu turun, bahkan penurunannya melebihi 10%, meski tidak sampai mentok ke batas terbawahnya.

Saat-saat seperti ini merupakan momentum bagi investor untuk memborong saham dengan harga murah. Saat harga kembali naik hingga level tertentu, saham tersebut kembali dijual sehingga gain yang diperoleh pun maksimal.

Hal ini sering dilakukan oleh trader harian, terutama yang memiliki modal besar. Pergerakan seperti ini banyak terjadi pada saham-saham small caps yang juga lebih sering tidur.

Karena lama tidur dan tiba-tiba bergerak, pergerakan saham-saham ini berujung pada unusual market activity (UMA). Sepanjang Januari ini sudah ada 12 saham yang dikategorikan UMA. Di antaranya adalah saham LMAS, WICO, PLAS dan sembilan saham small caps lain.

Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada mengatakan, transaksi sepanjang Januari memang terasa jauh lebih ramai. "Jika selama ini sahamnya tidur, lalu tiba-tiba bergerak, itu memang signifikan menambah volume saham yang ditransaksikan," imbuh Reza.

Jangan lupa juga fenomena saham-saham Grup Bakrie yang langganan sebagai top volume transaksi perdagangan bulan ini. Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) keluar dari zona saham gocap pada akhir Agustus tahun lalu.

Sejak saat itu, hingga perdagangan kemarin, saham BUMI telah mencetak kenaikan harga lebih dari 600%. Secara year to date (ytd), harga saham BUMI naik sekitar 80%.

Saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) malah nyaris menyentuh auto rejection pada 20 Januari lalu karena harganya naik sekitar 30%. Namun, pada akhirnya saham DEWA kena UMA pada perdagangan akhir pekan lalu.

Kemarin, BEI juga mengganjar saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dengan status UMA. "Ditambah dengan auto rejection, kebetulan juga sedang ada isu yang bisa dimainkan," ujar Reza.

BUMI sedang diguyur oleh sentimen restrukturisasi utang yang berpeluang memperbaiki neraca dan kinerja emiten batubara ini. Sentimen membaiknya harga batubara global pun menyulut kenaikan harga saham emiten tambang batubara.

Tapi, volume transaksi yang lebih ramai ini belum memberikan efek terhadap kenaikan nilai rata-rata transaksi harian bursa. "Karena posisinya yang small caps, maka pergerakan saham-saham tersebut kurang maksimal menggerakkan indeks yang saat ini masih terlihat sideways," tambah analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra.

Sepanjang Januari 2017, nilai transaksi harian rata-rata Rp 5,6 triliun, naik sekitar 12% dibanding Januari 2016. Untuk periode 2015, rata-ratanya sekitar Rp 6,5 triliun. Sementara, rata-rata periode 2014 dan 2013 masing-masing tercatat Rp 5,63 triliun dan Rp 8,26 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×