Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) memproyeksikan produksi batubara dari konsesi tambang Malinau sebesar 2,3 juta ton, pada tahun ini, dengan proyeksi penjualan sebesar 2,3 juta ton sampai 2,5 juta ton.
Direktur Mitrabara Adiperdana, Syadaruddin, mengatakan, proyeksi produksi ini turun dari tahun lalu yang mencapai 3,19 juta ton. Penurunan ini mengikuti rencana umur tambang (life of mine) yang disesuaikan dengan target penjualan.
Adapun selama kuartal pertama 2023, produksi Mitrabara Adiperdana sudah mencapai 526.000 metrik ton.
Baca Juga: Siap-Siap, Mitrabara Adiperdana (MBAP) Bakal Menebar Dividen Rp 1,18 Triliun
Manajemen Mitrabara Adiperdana tidak menampik pasar batubara tahun ini menghadapi sejumlah tantangan. Ancaman ekonomi global cukup memberi tekanan bagi industri batubara.
Sentimen terhadap penggunaan energi fosil juga turut memberi tekanan bagi pasar batubara. Terlebih, manajemen Mitrabara Adiperdana melihat curah hujan masih sangat tinggi tahun ini. Sehingga, manajemen memproyeksi masih terdapat tantangan dari sisi produksi.
Di sisi lain, hal tersebut menimbulkan masalah pasokan yang bisa mengimbangi sentimen-sentimen negatif tersebut. “Kami meyakini sampai akhir tahun harga batubara akan tetap stabil seperti kondisi saat ini,” kata Syadaruddin.
Baca Juga: Mitrabara Adiperdana (MBAP) Bersama PLN Kembangkan PLTS Atap di Tanah Air
Sentimen positif juga datang dari pemulihan ekonomi di kawasan Asia yang terus berlanjut. Terlebih, kawasan Asia Tenggara menjadi salah satu regional dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi yang bisa menjaga stabilitas permintaan energi, khususnya batubara.
Ini tentu menjadi sebuah katalis positif bagi MBAP mengingat sebagian besar ekspor MBAP dilempar ke pasar Asia.
Adapun per kuartal pertama 2023, sebanyak 30% batubara MBAP dijual ke pasar domestik yang sekaligus menandakan tercapainya ketentuan domestic market obligation (DMO).
Menyusul pasar Indonesia, Korea Selatan menjadi pasar terbesar kedua bagi batubara MBAP yakni mencapai 27% dari penjualan, disusul penjualan ke Filipina sebanyak 20%, penjualan ke Jepang sebesar 15%, dan penjualan batubara ke China sebanyak 10%.
Syadaruddin juga menilai, kebutuhan batubara kualitas medium, yang merupakan produk batubara MBAP, relatif stabil.
Baca Juga: Indeks Sektor Energi Naik 103% Sejak Awal Tahun, Ini 15 Saham dengan Gain Terbesar
Per 31 Maret 2023, MBAP membukukan pendapatan senilai US$ 74,18 juta, menurun 28,4% dari realisasi pendapatan di periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 103,61 juta.
Dari sisi bottom line, MBAP membukukan laba bersih senilai US$ 10,87 juta, melorot hingga 75,60% dari laba bersih di kuartal pertama 2022 yang mencapai US$ 44,56 juta.
Dus, Laba per saham dasar/dilusian yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk MBAP menurun menjadi US$ 0,009 dari sebelumnya US$ 0,036.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News