Reporter: Nuria Bonita | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Mitra Rajasa Tbk (MIRA) sungguh sibuk pada akhir tahun ini. Perusahaan jasa pengangkutan ini sedang mempersiapkan proses penawaran tender atau tender offer, setelah merampungkan akuisisi 79,78% saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk (APEX). Sebagai juragan baru, Mitra Rajasa juga ingin membenahi kondisi keuangan perusahaan jasa pengeboran minyak dan gas bumi tersebut.
Menurut Komisaris Utama Mitra Rajasa Tito Sulistio, pihaknya bersedia mencarikan dana hingga US$ 70 juta atau sekitar Rp 651 miliar buat pembiayaan kembali atau refinancing utang Apexindo. Sumber pendanaan emiten bersandi saham MIRA ini adalah dari pinjaman bank. "Saat ini kami sedang menyeleksi tawaran dari tiga bank lokal," ujarnya seusai Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) MIRA, hari ini.
Tito menjelaskan, ketiga bank tersebut terdiri dari bank lokal dan asing. Namun, dia memastikan pinjaman baru itu bukan berasal dari para investor yang digaet Goldman Sachs untuk membiayai akuisisi Apexindo pada pekan lalu. Dia berharap, pinjaman itu bisa diperoleh pada akhir tahun ini.
Seperti diberitakan KONTAN sebelumnya, Apexindo memperoleh utang US$ 125 juta dari UOB Singapura, Standard Chartered Singapura, Goldman Sachs, Natexis Singapura, dan hedge fund asal Hong Kong bernama PMA, pada dua tahun lalu. Utang yang jatuh tempo pada 2010 itu untuk membiayai pembangunan jack up rig Soehanah.
Opsi-opsi pendanaan
Saat ini, utang tersebut masih tersisa US$ 100,57 juta lantaran sebagian sudah dilunasi Apexindo beberapa waktu lalu. Nah, sebagai juragan baru, MIRA meminta Apexindo melakukan refinancing atas sisa utang itu. Menurut Tito, sesungguhnya Apexindo memiliki kas internal sebesar US$ 60 juta. Dana itu bisa digunakan seluruhnya untuk membiayai utang. Jadi, dana eksternal yang dibutuhkan hanya US$ 40 juta. "Namun kami mau mencari dana maksimal US$ 70 juta, sehingga dari internal hanya US$ 30 juta," ujarnya, yang kini juga menjabat Direktur Apexindo.
Analis Optima Kharya Capital Securities Arief Budiman menilai, rencana pembiayaan utang itu bakal berdampak bagus bagi kinerja Apexindo. Sebab, utang baru pasti memiliki bunga yang lebih rendah. "Langkah ini juga bagus buat MIRA karena sudah mengonsolidasikan Apexindo," imbuhnya.
Selain itu, MIRA akan segera memfinalisasi sumber pendanaan sebesar Rp 1,2 triliun. Perinciannya adalah, 60% atau Rp 720 miliar berupa obligasi konversi dan 40% atau Rp 480 miliar berbentuk pinjaman langsung. Tito mengungkapkan, perusahaan sudah dapat komitmen pinjaman dari enam hingga tujuh bank serta hedge fund. "Bunganya Libor plus 6% hingga 7%," imbuhnya. Dana eksternal sebesar Rp 1,2 triliun itu termasuk dalam struktur pembiayaan akuisisi Apexindo. Maklum, nilai akuisisinya mencapai Rp 5,2 triliun.
Nah, sebelumnya MIRA sudah mendapatkan pinjaman sebesar US$ 408 juta dari 20 bank dan hedge fund internasional. Para investor itu digandeng oleh Goldman Sachs. Tito mengungkapkan, sebesar 20% dari jumlah pinjaman itu memiliki bunga LIBOR plus 4,5% dengan jangka waktu 12 bulan, 40% merupakan utang berbunga LIBOR plus 10% dengan jangka waktu 18 bulan, dan 40% adalah pinjaman berbunga LIBOR plus 12-13% dengan jangka waktu 24 bulan.
Tito memperkirakan, saat ini rasio utang terhadap ekuitas (DER) konsolidasi MIRA sudah mencapai 3 kali. Sedangkan DER tanpa konsolidasi anak usaha sekitar 1,2 kali. Saat ini, perusahaan menggodok alternatif pendanaan baru untuk mengurangi utang dan menekan DER. Antara lain, penawaran umum saham perdana ke publik atau initial public offering (IPO) salah satu anak usahanya, yaitu Sabre System International (SSI) atau Mira International Holdings Pte Ltd (MIH). MIRA juga mempertimbangkan penerbitan saham baru atau rights issue pada kuartal keempat tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News