Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
Pasar Belum Tutup, Minyak WTI Sudah Turun 4%
JAKARTA. Keterpurukan harga minyak mentah dunia WTI kian parah. Pada perdagangan hari ini, harga minyak WTI terlempar ke level terendahnya dalam 12 tahun terakhir.
Mengutip Bloomberg, Kamis (7/1) pukul 19.30 WIB harga minyak WTI kontrak pengiriman Februari 2016 di New York Mercantile Exchange mencatatkan harga terperosok 4,06% ke posisi US$ 32,59 per barel dibanding hari sebelumnya. Harga ini bahkan sudah tergerus 12,01% dalam sepekan terakhir.
Tekanan bagi harga minyak WTI datang dari kolapsnya ekonomi China. Teranyar, cadangan devisa China Desember 2015 turun ke posisi US$ 108 miliar ke level terendahnya sejak 3 tahun terakhir. Sementara bursa saham China anjlok hingga 7,2% dan diberhentikan aktivitasnya untuk sementara waktu.
“Imbasnya besar bagi harga komoditas karena China memegang peranan penting dalam permintaan komoditas di pasar global,” tutur Tonny Mariano, Analis PT Esandar Arthamas Berjangka.
Bahkan People's Bank of China (PBOC) pun memangkas fixing rate yuan sebesar 0,51% ke posisi 6,5646 atau ke level terendah sejak Maret 2011 akibat guncangan yang terjadi di bursa saham Negeri Tirai Bambu.
Menurut CEO Statoil ASA, Eldar Saetre, harga minyak masih bisa terus menurun ke level yang lebih rendah jika ketidakpastian ini masih berkembang luas di pasar global. Pasalnya, dengan keadaan China yang buruk seperti saat ini, pasokan minyak yang melimpah di pasar global nyaris tidak terserap.
Salah satu contohnya di Cushing, Oklahoma, salah satu titik pengiriman minyak terpenting di Amerika Serikat, stok minyak menumpuk. Saat ini stok di Cushing mencapai 63,9 juta barel atau sudah meningkat dalam sembilan minggu beruntun.
Kondisi ini berbarengan dengan stok AS yang masih berada 100 juta barel di atas rata-rata lima tahun. “Belum ada yang bisa menolong pergerakan harga minyak untuk saat ini,” prediksi Tonny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News