Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak memasuki fase konsolidasi setelah mencetak rekor tertinggi tahun ini. Kamis (9/11), per pukul 19.15 WIB, harga minyak mentah jenis west Texas intermediate (WTI) kontrak pengiriman Desember 2017 di New York Mercantile Exchange menanjak 0,19% menjadi US$ 56,92 per barel. Dalam sepekan, harganya sudah melesat 4,36%.
Sekadar mengingatkan, beberapa waktu lalu harga minyak sempat menyentuh rekor tertinggi sejak Januari 2017, yakni US$ 57,35 per barel. Posisi tersebut tercapai pada 6 Oktober lalu.
Analis menilai harga komoditas energi ini masih berpeluang menguat, terutama jika Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutunya memperpanjang kesepakatan pengetatan produksi. Apalagi, saat ini pasar tengah diwarnai sentimen positif di tengah antisipasi pertemuan anggota OPEC dan sekutunya di Wina, Austria, pada 30 November mendatang.
Pertemuan tersebut akan membahas mengenai kesepakatan perpanjangan pemangkasan produksi minyak. Arab Saudi dan Rusia telah menawarkan untuk memperpanjang komitmen tersebut hingga kuartal III-2018.
Sekadar mengingatkan, kesepakatan pemangkasan produksi yang dibuat sebelum ini akan berakhir di Maret 2018. "Kalau rencana Arab Saudi dan Rusia ini disetujui anggota OPEC, maka ada potensi harga minyak bisa mencapai rentang US$ 65-US$ 75 per barel tahun depan," ujar Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar, kemarin.
Sebagai informasi, pada Oktober lalu, produksi minyak mentah anggota OPEC dilaporkan sebesar 32,78 juta barel per hari. Realisasi ini turun 80.000 barel per hari.
Waspadai AS
Namun, kenaikan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) berpotensi kembali menekan harga minyak. Rabu (8/11), Energy Information Administration (EIA) melaporkan cadangan minyak mentah AS di pekan yang berakhir 3 November naik 2,2 juta barel.
Padahal ekspekasi pasar, cadangan minyak di Negeri Paman Sam ini turun 2,5 juta barel. Hal ini sempat membuat harga minyak terkoreksi sesaat. Untungnya, permintaan juga menggemuk, lantaran musim dingin tahun ini diprediksi lebih ekstrim. Hal ini membuat harga minyak kembali menguat.
Secara historis, selama musim dingin, produksi minyak terhenti. "Kilang di AS kalau musim dingin itu libur untuk maintenance," jelas Direktur Garuda Berjangka Ibrahim.
Karena itu, Ibrahim memprediksi harga minyak hari ini (10/11) akan bergerak di rentang US$ 56,40–US$ 57,20 per barel. Deddy memperkirakan harga minyak dalam sepekan akan bergerak dalam rentang pergerakan US$ 54,61–US$ 58,00 per barel.
Secara teknikal, harga minyak kini berada di atas MA 50, MA 100 dan MA 200. Namun indikator RSI masuk di area overbought.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News