Reporter: Dina Farisah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang (DJPU) tidak memenangkan seluruh seri Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk negara dalam lelang Selasa (11/6). Padahal, total penawaran yang masuk mencapai Rp 1,7 triliun.
Direktur Pembiayaan Syariah DJPU Dahlan Siamat menjelaskan, pemerintah tak memenangkan lelang sukuk karena permintaan imbal hasil (yield) yang tinggi dan tidak ada satu pun yang masuk dalam acuan yield. "Kelihatannya investor masih khawatir terhadap pergerakan tingkat bunga atau imbal hasil ke depan," ujar dia, pada KONTAN, Selasa (11/6).
Permintaan yield tinggi tampak pada semua seri. Permintaan yield seri SPN-S 12122013 yang jatuh tempo 12 Desember 2013 sebesar 5,5%-6,87%, seri PBS001 yang jatuh tempo 15 Februari 2018 sebesar 6%-7,875%. Adapun, permintaan yield seri PBS004 yang jatuh tempo 15 Februari 2037 berkisar 7,41%-8,75% dan seri PBS005 yang akan jatuh tempo 15 April 2043 berkisar 7,5%-8,87%.
Analis NC Securities I Made Adi Saputra mengatakan, tren kenaikan yield sukuk mengikuti kenaikan yield surat utang negara (SUN). Investor kini menunggu kejelasan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Jika harga BBM subsidi naik, yield akan kembali meroket. Dia memperkirakan, puncak kenaikan yield bisa terjadi pada Agustus-September 2013.
Selanjutnya, yield akan stabil hingga tahun depan. "Yield sukuk akan naik 10-15 basis poin (bps) di atas yield surat utang konvensional dengan tenor yang sama," ungkap Made.
Selain itu, rencana pengurangan stimulus AS berpotensi menurunkan likuiditas sehingga investor cenderung selektif memarkirkan aset.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News