Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli
Dari sisi permintaan, saham IPO masih diburu karena investor mengejar pertumbuhan harga. Walau begitu, pelaku pasar perlu berhati-hati, meningkatnya investor ritel yang cenderung berpandangan jangka pendek berpotensi memberatkan pergerakan harga saham-saham baru.
Sebagai catatan, salah satu saham baru BUKA tertekan 40% sejak IPO. Asal tahu saja, meningkatnya investor ritel tidak terlepas dari IPO elektronik yang dikenalkan bursa. Ini mendukung partisipasi dari investor yang lebih tinggi sehingga muncul antusiasme yang kuat.
Sementara itu, Wawan Hendryana mencermati, IPO mini justru banyak memberikan profit di awal perdagangan di banding IPO jumbo. Ia mencermati, semakin banyak saham beredar, semakin berat pergerakannya untuk naik. Ini karena banyak investor yang harus yakin bahwa prospek saham tersebut akan baik untuk mendorong kenaikan harga saham.
Baca Juga: Adaro Minerals Akan Meraup Dana IPO Rp 604,86 Miliar
Walau demikian, Wawan percaya, harga saham akan selalu kembali mencerminkan ekspektasi kinerja emiten di masa depan. Sebagai contoh, MTEL sudah cenderung positif dibanding IPO karena investor yakin dengan potensi kinerjanya.
Berkaca dari pengalaman ini, Wawan pun menyarankan investor dengan pandangan jangka pendek untuk tidak masuk ke saham-saham yang masih merugi.
Kalau pun tertarik, mereka lebih baik punya exit strategi yang jelas. Misal cutloss kalau turun lebih dari 10% atau profit taking setelah naik 25%. Sementara untuk investor yang punya pandangan jangka panjang, disarankan untuk tidak buru-buru masuk pada IPO jumbo, bisa wait and see dahulu kemudian baru masuk setelah trennya naik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News