Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Catatkan pertumbuhan return paling tinggi sepanjang Januari 2020, prospek reksadana pendapatan tetap diyakini masih jadi yang paling menarik di tahun ini.
Menurut data Infovesta Utama, per 31 Januari 2020 Infovesta 90 Fixed Income Fund Index mencatatkan pertumbuhan tertinggi yakni 1,74% dalam sebulan terakhir.
Baca Juga: Tangani reksadana yang bermasalah, ini yang dilakukan OJK
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, ekspektasi bahwa suku bunga acuan bakal turun menjadi sentimen positif bagi kinerja reksadana pendapatan tetap.
Ditambah lagi, volatilitas yang terjadi di pasar saham membuat prospek obligasi menjadikan produk reksadana pendapatan tetap jadi yang paling menarik tahun ini. "Ini akan berlangsung lama, di tahun ini saya sarankan porsi investasi saham investor 20% saja, sedangkan 50% lagi di obligasi," kata Wawan kepada Kontan, Selasa (4/2).
Meskipun begitu, Wawan menilai agak sulit bagi reksadana pendapatan tetap mencatatkan kinerja lebih baik dibandingkan tahun lalu. Itu karena, potensi penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia (BI7DRR) di 2020 tidak akan sebanyak tahun lalu.
Dengan memprediksikan penurunan suku bunga acuan hanya dua kali saja di tahun ini, maka Wawan memperkirakan yield atau imbal hasil untuk reksadana pendapatan tetap di kisaran 7% hingga 7,5%. "Sulit untuk mengulang tahun lalu, yang bisa memberikan (yield) 10% lebih," jelasnya.
Baca Juga: Banyak reksa dana bermasalah, OJK akan beri perlakuan sama ke MI
Direktur Investasi PNM Investment Management (PNM IM) Solahudin mengungkapkan, peluang suku bunga acuan global berada dalam tren rendah masih akan terbuka tahun ini.
Tentunya, kondisi tersebut akan membuka prospek harga di instrumen investasi Surat Berharga Negara (SBN) akan bertahan setahun ke depan. "Dengan begitu, reksadana yang memiliki underlying aset berupa SBN masih akan tumbuh dengan baik," ungkap Solahudin.
Secara umum kinerja reksadana pendapatan tetap di jangka menengah diyakini masih dalam tren naik, meski harus dihadapkan pada situasi volatilitas yang cenderung meningkat. Untuk itu, PNM IM melihat portofolio dengan tenor jangka panjang adalah pilihan terbaik di tengah situasi pasar saat ini.
Hanya, saja dia juga memperkirakan bahwa posisi yield dalam beberapa pekan terakhir cenderung menunjukkan pola koreksi wajar. Namun, di jangka menengah trennya berpotensi berbalik naik. "Kami masih melihat bahwa reksadana yang berinvestasi di SBN atau SBSN masih berpeluang mencatat pertumbuhan yang baik tahun ini," ujarnya.
Baca Juga: Kinerja Obligasi Masih Menjanjikan, Reksadana Pendapatan Tetap Menarik Dikoleksi
Sementara itu, berdasarkan data Infovesta Utama terkait kinerja reksadana per 31 Januari 2020, diketahui produk Avrist ada Obligasi Berlian masuk urutan ketiga produk reksadana pendapatan tetap berkinerja terbaik, dengan mencatatkan kenaikan 3,57%.
Diungkapkan Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich bahwa perusahaan fokus berinvestasi di SBN seri benchmark. "Sehingga, capital gain yang didapat lebih optimal ketika market rally seperti di Januari 2020," kata Farash kepada Kontan, Selasa (4/2).
Untuk ke depannya, Avrist Asset Management bakal mempertahankan strateginya dalam mengelola produk reksadana pendapatan tetapnya. Harapannya, kinerja tahun ini tetap positif walaupun ada kemungkinan tidak setinggi tahun lalu.
Baca Juga: Beli reksa dana di Bareska kini bisa menggunakan OVO
"Itu karena, rate cut tahun ini kemungkinan hanya satu kali saja. Di samping itu, ketika awal tahun 2020 yield hanya 7% lebih rendah dibandingkan 2019 yakni 8%. Untuk itu, yield 10 tahun diharapkan bisa turun 6,5% tahun ini," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News