Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merespons penyebaran virus corona (Covid-19) Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga menjadi 4,5% dan merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5%-5,4% menjadi 4,2%-4,6%. Dalam kondisi seperti ini, dampak penurunan suku bunga belum terlalu dirasakan oleh industri properti.
Direktur Keuangan PT PP Properti Tbk (PPRO) Indaryanto menjelaskan, sejak BI memangkas suku bunga dari level 6% hingga saat ini, sejumlah bank memang sudah menurunkan suku bunga kredit. Tapi, dengan adanya ancaman pelemahan ekonomi global dan berimbas ke ekonomi dalam negeri akibat Covid-19, bisnis properti bisa gagal menggeliat tahun ini.
Secara teknis aktivitas pemasaran ikut terganggu lantaran konsumen mengurangi interaksi sosial. Pihak PPRO juga mengurangi gathering dan pembukaan booth untuk menghindari penularan Covid-19.
Baca Juga: Rumah Murah Pinggiran Jakarta Semakin Laris
“Dampak penurunan suku bunga akan berdampak setelah bank-bank menurunkan lagi. Diharapkan bank-bank menurunkan suku bunga lagi dan kondisi secara keseluruhan membaik. Tapi kalau kondisinya seperti saat ini kami marketing saja susah, penurunan bunga juga belum berdampak signifikan,” jelas Indaryanto kepada Kontan.co.id, Jumat (20/3).
PPRO akan kembali melihat perkembangan penyebaran Covid-19 dan melakukan evaluasi pada April-Mei 2020. Menurut Indaryanto, capaian pendapatan pra-penjualan (marketing sales) PPRO pada Januari-Februari 2020 cukup baik bila dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sebab pada periode tersebut, Covid-19 belum menjadi momok dan PPRO memperoleh marketing sales dari gelaran pameran properti beberapa waktu silam.
Adapun realisasi marketing sales Januari-Februari 2020 tercatat sebesar Rp 350 miliar, disumbang dari pameran yang diikuti PPRO sebesar Rp 48 miliar. Adapun PPRO menargetkan marketing sales tahun ini mencapai Rp 3,8 triliun. “Proyeksi kami sampai Maret akan tumbuh, tetapi April-Mei 2020 baru terasa (tekanan),” jelas dia.
Baca Juga: Elang Grup nilai prospek properti menengah bawah masih cerah
Direktur PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) Olivia Surodjo juga mengungkapkan pada kondisi ini, penurunan suku bunga BI belum akan membantu penjualan properti. Lantaran konsumen saat ini juga tengah khawatir pada penyebaran Covid-19. “Karena pembelian properti pada saat ini bukan top of mind bagi banyak orang,” jelas Olivia.
Asal tahu saja, MTLA tahun ini akan membidik segmen menengah ke bawah untuk mencapai marketing sales. Berdasarkan catatan Kontan.co.id, MTLA menetapkan target marketing sales tahun ini sebesar Rp 2,1 triliun. Target tersebut tak jauh berbeda dengan realisasi marketing sales 2019.
Baca Juga: Suku bunga BI turun, bagaimana prospek saham emiten semen?
Investor Relations Department Head PT Modernland Realty Tbk (MDLN) Eliza Saliman menambahkan penurunan suku bunga KPR saat ini belum terlalu terasa meskipun beberapa bank sudah menurunkan. Dus, kondisi penjualan di tahun ini tak akan berbeda jauh bila dibandingkan tahun lalu. Pada 2019, MDLN menargetkan marketing sales Rp 4,38 triliun, dengan nilai yang berhasil direalisasikan Rp 4,27 triliun.
Eliza juga menambahkan pemangkasan pertumbuhan ekonomi saat ini belum berdampak pada kinerja MDLN. Manajemen MDLN optimistis dengan strateginya tahun ini yang menyasar kelas menengah ke bawah yang mempunyai permintaan besar. Pasalnya konsumen mereka adalah end-user atau pengguna yang benar-benar membutuhkan rumah.
“Produk-produk MDLN saat ini memiliki positioning yang baik. Seperti di Jakarta Garden City yang mempunyai market captive tersendiri, dan juga Modernland Cilejit menyasar kelas menengah ke bawah yang memang mempunyai permintaan yang besar. Sehingga kami masih melakukan pemasaran yang agresif untuk produk kami. Sejauh ini belum ada revisi marketing sales,” kata Eliza.
Baca Juga: Meski Harapan Mencuat, Risiko yang Dihadapi Industri Properti Masih Kuat
Eliza menambahkan, MDLN berharap omnibus law bisa segera disahkan dan dijalankan dengan baik sehingga bisa meningkatkan foreign direct investment (FDI). “Di sisi industrial, sampai saat ini masih baik dan kebanyakan pembeli berasal dari perusahaan lokal,” jelas Eliza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News