Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin dan sejumlah aset kripto lainnya anjlok setelah Ketua The Fed Jerome Powell menyatakan tidak memiliki rencana untuk mendukung pemerintah dalam membangun cadangan Bitcoin.
Meskipun demikian, prospek aset digital ini dinilai masih positif.
Berdasarkan data Coinmarketcap, harga Bitcoin tercatat berada di level US$ 96.330 pada Minggu (22/12) pukul 16.26 WIB.
Dalam 24 jam terakhir, harga Bitcoin turun 1,68%, dan secara mingguan melemah hingga 5,25%.
Baca Juga: Harga Aset Kripto Diprediksi Kembali Naik Usai Tertekan Sentimen The Fed
Beberapa aset kripto lainnya juga mengalami penurunan signifikan dalam sepekan terakhir. Ethereum melemah 12,76%, Solana anjlok 15,55%, dan XRP turun 6,43%.
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur menjelaskan bahwa pernyataan Powell memicu sentimen negatif jangka pendek terhadap Bitcoin.
"Ini mencerminkan sikap skeptis terhadap Bitcoin sebagai aset strategis, yang memengaruhi kepercayaan investor institusional," jelasnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (21/12).
Penurunan harga kripto juga terlihat dari data ETF Bitcoin Spot AS, yang mencatat arus keluar pertama setelah 16 hari berturut-turut arus masuk pada 18 Desember lalu.
ETF Bitcoin BlackRock (IBIT) bahkan mencatat arus keluar tertinggi sejak peluncurannya. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan investor.
Pada Jumat (20/12), harga Bitcoin sempat turun ke US$92.074 akibat aksi ambil untung menjelang liburan dan kekhawatiran atas kebijakan suku bunga agresif The Fed.
Namun, data ekonomi AS pada hari yang sama memicu pemulihan, membawa harga Bitcoin kembali ke US$98.000.
Baca Juga: BlackRock Merilis Iklan Bitcoin Para Bitcoiners Justru Membencinya, Mengapa?
Prospek Positif di Tahun 2025
Fyqieh memperkirakan tahun 2025 menjadi tahun yang besar bagi kripto, terutama jika Donald Trump kembali ke Gedung Putih.
Dalam kampanyenya, Trump menggambarkan dirinya sebagai "presiden kripto," yang mendapatkan dukungan kuat dari komunitas kripto.
"Jika Trump kembali menjabat, kebijakan pro-kripto diharapkan mendorong arus masuk modal ke ETF Bitcoin spot di AS, memberikan dampak positif bagi harga Bitcoin," jelas Fyqieh.
Selain itu, stimulus ekonomi dari berbagai negara, termasuk AS, juga diprediksi menciptakan likuiditas baru yang signifikan di pasar keuangan.
Stimulus semacam ini, menurutnya, dapat mendorong arus modal ke aset spekulatif seperti Bitcoin.
Fyqieh mencatat, pemangkasan suku bunga oleh The Fed juga menjadi katalis positif di masa depan. Meski sikap The Fed masih hawkish, indikasi penurunan suku bunga tetap ada.
Baca Juga: Harga Sudah Tinggi, Robert Kiyosaki Bilang Belum Terlambat untuk Mulai Beli Bitcoin
Dengan mempertimbangkan siklus pasar, adopsi yang meningkat, dan berbagai katalis positif, Fyqieh memproyeksikan harga Bitcoin akan berada di rentang US$120.000 hingga US$140.000 pada kuartal pertama 2025.
Namun, ia mengingatkan investor untuk tetap berhati-hati mengingat volatilitas pasar kripto yang tinggi.
"Koreksi tajam tetap mungkin terjadi setelah antusiasme awal terhadap kebijakan pro-kripto mereda," tutupnya.
Selanjutnya: Menko Airlangga Tegaskan Transaksi QRIS dan e-Toll Tidak Dikenakan PPN 12%
Menarik Dibaca: 12 Cara Menurunkan Kadar Gula Darah Tinggi Menurut Sains, Ini Ulasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News