Reporter: Aloysius Brama | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lesunya konsumsi domestik dan tren penurunan harga komoditas turut membuat kinerja PT Astra International Tbk (ASII, anggota indeks Kompas100 ini) lesu sepanjang paruh pertama 2019.
Meski begitu, Direktur Utama ASII Prijono Sugiarto menyebut bisnis ASII juga diuntungkan oleh kinerja bisnis jasa keuangan serta kontribusi dari tambang emas yang baru saja diakuisisi.
“Prospek hingga akhir tahun masih menantang karena kondisi tersebut berpotensi berlanjut,” jelas Prijono dalam keterangannya, Selasa (30/7).
Asal tahu saja, pendapatan bersih ASII di semester satu ini tumbuh tipis di angka 3%. Sepanjang periode tersebut, ASII mencatatkan pendapatan bersih sebesar Rp 116,18 triliun. Tahun lalu, pendapatan ASII sendiri sebesar Rp 112,55 triliun.
Sayang, pertumbuhan tipis itu tak bisa menyelamatkan laba ASII. Periode pertama ASII dilewati dengan penurunan laba dari Rp 10,38 triliun menjadi Rp 9,80 triliun. Penurunan itu setara dengan 6% secara year on year (yoy).
Baca Juga: Simak enam saham rekomendasi Profindo Sekuritas untuk perdagangan Selasa (30/7)
Bila dilihat, penurunan laba itu adalah imbas dari penurunan beberapa unit bisnis ASII. Lini otomotif dan agribisnis ASII turun lebih dalam dibanding peningkatan kontribusi dari lini bisnis lain.
Tercatat, sektor otomotif hanya membukukan laba sebesar Rp 3,45 triliun. Angka itu 18% lebih rendah dibanding laba tahun lalu yang mencapai Rp 4,21 triliun.
Penurunan terdalam tercatat dari lini bisnis agribisnis ASII yaitu Astra Agro Lestari (AALI). Pada paruh pertama sektor agribisnis ASII hanya membukukan laba sebesar Rp 35 miliar. Padahal tahun lalu, labanya masih sebesar Rp 625 miliar.
Itu berarti agribisnis ASII mengalami penurunan hingga 94%. “Penyebabnya, adalah pelemahan harga rata-rata minyak kelapa sawit sebesar 18% menjadi Rp 6.441 per kg,” tandas Prijono.
Baca Juga: Saham BCA, ASII, dan GGRM masih diburu investor asing di tengah aksi net sell IHSG
Setelah agribisnis, lini bisnis teknologi informasi mengalami penurunan laba cukup dalam dari Rp 68 miliar menjadi Rp 44 miliar. Angka itu setara dengan penurunan sebesar 35%.
Meski begitu, beberapa lini bisnis ASII masih mengalami pertumbuhan. Paling signifikan ada pada lini infrastruktur dan logistik dengan pertumbuhan mencapai 1.975% dari Rp 4 miliar menjadi Rp 83 miliar.
Saat ini Astra memiliki saham di 339 km ruas Trans-Jawa. Sedangkan 11km ruas jalan tol ASII masih dalam proses konstruksi.
Setelahnya menyusul sektor jasa keuangan. Sektor ini mencatat pertumbuhan laba sebesar 32% dari Rp 2,14 triliun menjadi Rp 2,81 triliun.
Baca Juga: Emiten Sektor Otomotif Masih Mengadapi Jalan Terjal
Pertumbuhan lini bisnis paling signifikan ada pada Bank Permata Tbk (BNLI) yang mencatat pertumbuhan laba sebesar 146% menjadi Rp 711 miliar.
Sektor alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi yang digawangi United Tractors Tbk (UNTR) juga masih mengalami pertumbuhan laba meski tipis sebesar 2%. Tahun lalu, lini bisnis ASII itu menyumbang Rp 3,2 triliun.
Sedangkan pada 2019, lini tersebut menyumbang Rp 3,3 triliun. Meski penjualan alat berat turun, namun penjualan batu bara dan penambangan emas menjadi tulang punggung lini bisnis ASII yang satu ini.
Anak perusahaan UT di bidang pertambangan melaporkan peningkatan penjualan batu bara sebesar 11% menjadi 5 juta ton. Sedangkan dari lini bisnis tambang emas berhasil menjual sebesar 194.000 oz.
Baca Juga: Emiten otomotif belum akan garap kendaraan listrik dalam waktu dekat
Direktur Utama Avere Investama Teguh Hidayat mengaku, kinerja ASII sejalan dengan perkiraannya. Menurut Teguh performa ASII tak bisa dikatakan turun. “Namun lebih tepatnya stagnan,” kata Teguh.
Teguh bilang, kondisi Indonesia di paruh pertama 2019 memang penuh tekanan. Faktor instabilitas politik ia tuding jadi sebab. Atas kondisi tersebut, wajar apabila laju bisnis di Indonesia jadi lebih “wait and see”.
Tekanan bertambah ketika salah dua penyokong dominan lini bisnis ASII, yaitu otomotif dan agrikultur terjerumus cukup dalam. “Sehingga wajar apabila kinerja ASII sebagaimana yang terjadi saat ini,” cetusnya.
Lantas bagaimana dengan proyeksi bisnis ASII di sisa tahun 2019 ini? Teguh mengatakan, berangsurnya stabilitas politik Indonesia bisa jadi katalis positif bagi ASII.
Baca Juga: Industri otomotif masih mengalami perlambatan penjualan hingga akhir tahun
Meski begitu, lini bisnis komoditas seperti pertambangan dan agrikultur diproyeksi masih banyak tekanan dan sulit diprediksi.
Hal ini berbeda dengan lini bisnis otomotif misalnya. “Setelah kondisi ekonomi dan politik baik, sektor otomotif ASII akan berangsur pulih,” jelasnya. Teguh juga tidak melihat banyaknya pemain baru di sektor otomotif menjadi sebab.
Argumennya juga disokong oleh fakta bahwa pangsa pasar ASII meningkat dari 48% menjadi 53%. Penjualan sepeda motor Honda sendiri juga mengalami peningkatan sebesar 8% menjadi 2,4 juta unit. Jumlah itu setara dengan 75% dari total penjualan sepeda motor nasional yang sebesar 3,2 juta unit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News