Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kupon Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR006 menurun bila dibandingkan dengan kupon SBR005. Namun, analis memandang penurunan masih dalam batas wajar dan minat pada SBR006 akan tetap ramai.
Pemerintah menetapkan kupon SBR006 sebesar 7,95% dengan spread terhadap suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate sebesar 195 basis poin atau 1,95%.
Kupon tersebut lebih rendah dari kupon SBR005 yang sebesar 8,15% dengan spread 215 basis poin atau 2,15% terhadap suku bunga acuan yang sama-sama berada di 6%.
Meski kupon dan premium spread yang pemerintah tawarkan menurun, Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah mengatakan tawaran SBR006 masih lebih menarik dari kupon obligasi korporasi yang memberi kupon 7,25%.
Kupon SBR pun juga masih menarik dan lebih tinggi dari bunga deposito perbankan. Dalam setahun return bersih SBR006 sekitar 6,45% setelah dipotong pajak 15%.
Jika dibandingkan dengan bunga deposito salah satu bank, yaitu PT Bank Central Asia yang secara kotor berada di 6,1% maka kupon SBR006 tentu lebih menarik.
Senada, Head of Fixed Income Fund Manager Prospera Asset Management Eric Sutedja mengatakan kupon SBR006 masih menarik di tengah yield SUN di semua tenor turun.
Eric mencatat, yield SUN tenor tiga tahun turun 70 bps, sedangkan SBR006 hanya turun 20 bps jika dibandingkan dengan yield SBR005. Selain itu, yield SUN tenor dua tahun juga masih turun lebih dalam, yaitu 50 bps.
Dengan begitu, Rio memproyeksikan minat SBR006 masih akan ramai dan berpotensi melebihi penjualan SBR005 yang sebesar Rp 4 triliun.
"Ketika imbal hasil SUN dari tinggi lalu mulai turun, harusnya itu saat investor masuk lebih banyak sebelum terlambat suku bunga berbalik turun, apalagi jika memang kondisi suku bunga saat ini yang berada di 6% diproyeksi menjadi tingkat suku bunga tertinggi untuk jangka waktu yang lama," kata Rio, Kamis (28/3).
Eric menambahkan, di tengah The Fed berpotensi menurunkan suku bunga acuannya tentu hal tersebut membawa dampak positif pada prospek penjualan SBR006.
Senada, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan mayoritas bank sentral global yang cenderung dovish membuat SBR006 berpotensi ramai pembeli.
Di sisi lain, Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi mengatakan kupon di bawah 8% jadi kurang menarik, meski tak dipungkiri akan masih banyak investor yang memilih instrumen konservatif seperti SBR006 di tahun pemilihan umum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News