Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Walau pemerintah belum mengumumkan secara resmi besaran kupon Savings Bond Ritel seri SBR006, instrumen tersebut diperkirakan akan laris-manis ketika ditawarkan kepada investor pada 1—16 April mendatang.
Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana mengatakan, potensi maraknya pemesanan SBR006 sangat terbuka. Apalagi jika pemerintah tidak menurunkan selisih atau spread tetap SBR006 terhadap suku bunga acuan yang berada di level 6%. Dengan kata lain, spread tetap masih di level 2,15% sehingga kupon instrumen ini ada di level 8,15%.
Isu perebutan dana pihak ketiga (DPK) antara pemerintah dan perbankan juga dianggap tidak akan terlalu mempengaruhi penawaran SBR006. Buktinya, walau isu tersebut telah beredar sejak beberapa waktu lalu, pemerintah selalu mencapai oversubscribe di tiap penawaran SBN ritel sebelumnya.
Termasuk saat penawaran SR-011 lalu ketika pemerintah mampu menjual hingga Rp 21,11 triliun dari target indikatif awal sebesar Rp 10 triliun. “Perilaku investor SBN ritel dan produk-produk perbankan juga terlihat cukup berbeda,” tambah Fikri, Rabu (27/3).
Senior VP & Head of Investment Recapital Asset Management Rio Ariansyah juga optimistis, SBR006 akan laris ketika ditawarkan nanti. Ia berpendapat, seiring menguatnya ekspektasi penurunan suku bunga acuan di tahun ini, pamor SBR006 justru semakin meningkat.
Sebab, ketika suku bunga acuan benar-benar turun, yield SUN juga ikut turun. Kemungkinan besar SBN ritel dengan kupon di atas 8% belum tentu ada lagi di masa mendatang.
“Mumpung suku bunga acuan tengah berada di level puncak, sekarang waktu yang tepat untuk membeli SBN ritel yang non-tradable,” jelasnya.
Tak hanya dari sisi volume pemesanan, potensi melimpahnya jumlah investor baru di SBR006 juga cukup terbuka. Ini selaras dengan gencarnya informasi seputar SBN ritel dari berbagai mitra distribusi, sehingga banyak masyarakat yang akhirnya tahu potensi dan manfaat instrumen tersebut.
Ditambah lagi, SBR006 diperdagangkan secara online dengan minimum investasi yang cukup terjangkau yaitu Rp 1 juta. Fitur ini dinilai sangat disukai oleh kelompok milenial yang rata-rata sudah melek teknologi namun masih memiliki keterbatasan dari sisi kemampuan finansial.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News