kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   0,00   0,00%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Meraih cuan dari saham-saham IPO


Rabu, 23 Mei 2018 / 19:41 WIB
Meraih cuan dari saham-saham IPO
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Sumber: TribunNews.com | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski kondisi pasar modal tengah memerah, sejumlah perusahaan tetap optimistis melantai di bursa. Awal bulan ini, dua perusahaan yakni BRI Syariah (BRIS) dan BTPN Syariah (BTPS), sudah resmi melantai di bursa.

Hingga awal Mei 2018, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sudah 11 perusahaan masuk bursa dari target 35 perusahaan di 2018.

Tentu saja, melangsungkan Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana saham ketika pasar sedang bearish bukanlah pekerjaan mudah. Emiten harus mampu meyakinkan para investor bahwa mereka merupakan perusahaan berfundamental kuat.

Sementara para investor juga berhitung, saham yang dibeli mereka apakah bisa mendatangkan keuntungan berlipat ganda atau tidak.

Secara umum, sebagian besar saham IPO laris manis dan harganya naik saat listing perdana. Para investor ritel pun sumringah.

Namun, membeli saham IPO juga tidak jadi jaminan akan langsung memperoleh capital gain. Tetap harus berhati-hati dan selalu teliti sebelum membeli.

Direktur Utama Reliance Sekuritas Indonesia (RELI), Anita, mengatakan, sebelum investor berburu saham IPO, perhatikan betul-betul bagaimana historis perusahaan tersebut. Apakah dari sisi fundamental, terutama sisi kinerja, benar-benar kuat sehingga memiliki prospek bisnis sangat baik di masa depan.

Anita mengingatkan, agar tak rugi ketika memutuskan membeli saham perdana, jangan sungkan membandingkan dengan perusahaan sejenis di sektor yang sama.

Juga, mengamati betul, apakah harga saham yang ditawarkan itu wajar alias tidak over price. Sebelum IPO, biasanya akan dihitung dahulu berapa harga wajar saham perusahaan tersebut. Ini dilihat dari kinerja historikal dan prospek ke depan.

Tak kalah penting, perhatikan laporan keuangan perusahaan yang akan IPO dalam kurun waktu tiga tahun terakhir untuk dapat memperkirakan potensi kinerjanya. Dengan begitu, investor tidak membeli kucing dalam karung.

"Investor yang ingin membeli saham-saham perusahaan yang akan IPO, jangan lupa untuk membandingkannya dengan perusahaan lain di sektor yang sama," ucap Anita.

Tak kalah penting, cermati fundamental perusahaan yang IPO dengan cara melihat Price Earning Ratio (PER) dan Price Book Value (PBV), dengan begitu, akan terlihat apakah saham tersebut masih murah atau mahal. Semakin tinggi PER dan PBV suatu perusahaan, semakin mahal harga sahamnya.

Rumus PER adalah perbandingan harga saham dengan earning per share (EPS). Rumus EPS didapatkan dari perbandingan laba bersih dalam setahun dengan jumlah saham yang beredar di pasar. Biasanya besaran EPS sudah ada pada laporan keuangan perusahaan.

Adapun PBV fokus pada ekuitas perusahaan. Rumus PBV adalah perbandingan antara harga saham dengan book value. Rumus Book Value adalah perbandingan antara jumlah ekuitas dengan jumlah saham yang beredar.

Cermati juga tujuan IPO di prospektus dan perhatikan dana hasil IPO akan digunakan untuk apa. Apakah digunakan untuk membayar utang, melakukan restrukturisasi permodalan, atau untuk ekspansi usaha.



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×