kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyimak peluang obligasi di akhir tahun


Senin, 16 September 2013 / 06:30 WIB
Menyimak peluang obligasi di akhir tahun
ILUSTRASI. Kabelindo Murni Tbk KBLM merupakan perusahaan produsen kabel


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kondisi pasar saham yang fluktuatif membuat harga obligasi kian terpuruk. Otomatis, kupon yang ditawarkan kian meninggi, apalagi kondisi makro Indonesia sedang goyah akibat inflasi membuat dan membuat investor meminta yield yang lebih tinggi.

Lantas, bagaimana prospek pasar obligasi sisa tahun ini? Beberapa waktu lalu, John Herry Teja, Direktur Ciptadana Securities menilai, dari sudut pandang investor, obligasi bisa menjadi alternatif menyiasati kondisi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sedang berfluktuasi seperti ini.

Pasalnya, kupon obligasi yang ditawarkan kian kompetitif (tinggi). Kupon bisa makin tinggi jika BI rate naik. Catatan saja, akhir pekan lalu Bank Indonesia (BI) kembali menaikkan BI rate 25 basis poin menjadi 7,25%. "Kupon tinggi memang menarik bagi investor, namun kupon tinggi bisa memberatkan emiten. Tapi, cost masih lebih murah jika dibanding mencari pinjaman dari bank," jelas John.

Dimintai konfirmasi terpisah, Lana Soelistianingsih, Ekonom Samuel Sekuritas menjelaskan, berbicara soal obligasi maka pangkal permasalahannya adalah obligasi pemerintah. Jika pemerintah berani memberikan imbal hasil tinggi, maka minat investor untuk masuk ke pasar obligasi masih besar.

Selain soal bunga, cermati pula harga obligasi yang sudah turun. Lana mengisyaratkan jika saat ini merupakan peluang untuk kembali masuk ke pasar obligasi secara perlahan. "Jangan tunggu sampai turun lagi karena belum tentu turun. Pasar obligasi sangat dinamis," katanya kepada KONTAN, (16/9).

Nah, sekarang masalahnya adalah, di tengah penurunan harga dan meningginya kupon obligasi memang bisa menjadi hal yang menarik bagi para investor. Tapi, apakah ini timing yang pas bagi para emiten untuk menerbitkan obligasi?

Belum lama ini saja PT Modernland Realty Tbk (MDLN) urung menerbitkan obligasi senilai US$300 juta. Padahal, tadinya duit segar hasil obligasi akan digunakan untuk mengakuisisi dua perusahaan properti di Cakung Jakarta Timur. Saat ini, akhirnya manajemen mencari pinjaman bank untuk meneruskan ekspansinya ini. Namanya saja sudah pinjaman bank, selain cost -nya yang mahal hal ini juga tentunya akan mempengaruhi posisi debt to equity ratio (DER) MDLN.

Lalu, pekan kemarinĀ  PT Duta Anggada Realty Tbk (DART) menerbitkan obligasi Rp500 miliar dengan kupon 11,75%-12,25%. Sebagian besar duit segar hasil emisi ini nantinya akan digunakan untuk kebutuhan refinancing.

Lana menjelaskan, kondisi saat ini memang menjadi dilema tersendiri bagi para emiten. Saat-saat seperti sebenarnya bukan waktu yang tepat untuk menerbitkan obligasi. Tapi di sisi lain, ekspansi yang sudah diagendakan para pelaku industri harus terus berjalan.

"Penerbitan obligasi sekarang ini mahal buat emiten, situasinya susah jadi terpaksa memang harus ada perlambatan ekspansi. Repotnya itu kalau ada kebutuhan mendesak seperti pembayaran utang. Sepertinya refinancing melalui obligasi terpaksa dilakukan meskipun mahal," tutur Lana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×