Reporter: Sunarti Agustina | Editor: Yuwono Triatmodjo
JAKARTA. Kinerja melemah, peringkat obligasi PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) pun menurun. PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menurunkan peringkat obligasi I tahun 2011 ANTM senilai Rp 4 triliun, dari semula idAA menjadi idAA-.
Penurunan harga nikel menjadi alasan utama Pefindo memotong peringkat ANTM. Penurunan harga komoditas ini akan menggerus margin laba ANTM, yang ujung-ujungnya bakal melemahkan kekuatan kas perusahaan bagi kemampuan ekspansi.
Pefindo juga tetap mempertahankan outlook (prospek) negatif kepada ANTM. Alasannya, "Pefindo tetap mengantisipasi penerapan aturan pembatasan ekspor barang mentah, dalam hal ini bijih nikel, yang akan berlaku tahun 2014," terang Yogie Perdana, analis Pefindo, Kamis (12/9).
Asal tahu saja, sepertiga dari ekspor produk ANTM, saat ini disumbangkan oleh penjualan bijih nikel. Padahal, pabrik pengolahan bijih nikel ANTM belum kelar.
Proyek rekayasa, pengadaan dan konstruksi (EPC) pabrik Feronikel (FeNi) di Halmahera Timur, Maluku Utara, hingga pertengahan tahun 2013, pengerjaannya baru mencapai 5%. Di pabrik ini kelak, emiten pelat merah tersebut bisa mengolah bijih nikel menjadi nikel.
Rencananya, pembangunan fisik pabrik beserta infrastruktur baru dimulai pada akhir 2013 atau awal 2014. Harapannya, pada tahun 2015, pabrik FeNi Halmahera sudah memulai tahap instalasi dan persiapan pelaksanaan proyek alias commissioning.
Terkait penurunan harga nikel, Yogie mengatakan, hingga akhir tahun ini diperkirakan akan turun rata-rata menjadi sekitar US$ 6 per pon. Hingga Juni 2013 lalu, harga rata-rata nikel masih US$ 7,2 per pon.
Bandingkan dengan rata-rata harga nikel di 2012 sebesar US$ 7,8 per pon. Harga nikel masih tertekan akibat ketimpangan antara pasokan dengan permintaan.
Meski ada penurunan ratingĀ obligasi dari Pefindo, harga saham ANTM, kemarin, masih menguat 2,11% menjadi Rp 1.450 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News