Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
Dia menambahkan, efek lonjakan suku bunga juga bisa turut menjadi tantangan bagi emiten otomotif. Emiten bank pun bakal menemui sejumlah kendala, seperti potensi meningkatnya Non-Performing Loan (NPL).
Praska ikut melihat emiten barang konsumsi primer punya peluang untuk tumbuh di tahun ini. Hanya saja dengan level kenaikan laba yang masih konservatif.
Rekomendasi Saham
Meski begitu, emiten-emiten yang punya kinerja mentereng pada tahun 2022, seperti bank dan batubara, menarik dilirik dalam jangka pendek. Praska menaksir ada potensial upside dari respons pasar terhadap pembagian dividen.
Terlebih di tengah harga sebagian saham yang saat ini sudah terkoreksi. Dengan mempertimbangkan berbagai sentimen dan indikator, Praska menjagokan tujuh saham LQ45 yang masih menarik untuk buy atau hold.
Mereka adalah ASII, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), dan PT Indika Energy Tbk (INDY).
Baca Juga: Asing Banyak Menjual Saham-Saham Ini Saat IHSG Tertekan Jumat (3/3)
Sedangkan Nico membagi rekomendasinya pada tiga sektor. Pada saham bank, Nico memilih PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebagai pilihan jangka panjang.
Lalu untuk consuemr primer, Nico menjagokan duo Indofood, INDF dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). Kemudian untuk emiten tambang logam Nico memilih saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
"Kalau untuk short term buy bisa mengoleksi saham yang akan memberikan dividend sampai tanggal akumulasinya yakni ASII, UNTR, dan ITMG," imbuh Nico.
Sementara itu, Wisnu menyarankan buy on weakness saham BBRI, BMRI, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), ASII, dan buy saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News