Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten LQ45 mulai merilis laporan keuangan tahun buku 2022. Sejauh ini, kinerja mayoritas emiten berhasil tumbuh. Analis melihat saham-saham bluechips ini punya prospek ciamik, sejalan dengan ekspektasi pasar terhadap pembagian dividen.
Mendekati akhir Februari, sudah ada 12 emiten konstituen LQ45 yang merilis laporan keuangan tahun 2022. Sebagian berasal dari sektor perbankan, termasuk empat bank dengan kapitalisasi pasar besar (bigcaps).
Mereka adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI). Selanjutnya ada PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dan PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BBTN).
Enam emiten lainnya berasal dari sektor yang bervariasi. Yakni PT Surya Essa Perkasa Tbk (ESSA), PT XL Axiata Tbk (EXCL), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).
Baca Juga: Diantara Saham Emiten BUMN, Analis Ini Jagokan Saham BRIS dan ANTM
Head of Research Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan mengungkapkan, rilis kinerja emiten LQ45, terutama dari sisi bottom line relatif sesuai dengan perkiraan. Sektor perbankan, pertambangan dan energi mencetak pertumbuhan signifikan.
Kinerja sektor bank antara lain terdorong peningkatan kualitas aset dari penurunan Non-Performing Loan (NPL) dan pencadangan. Sedangkan tambang dan energi terdongkrak harga komoditas. Sementara itu, sektor consumer-goods masih tertekan. Cost of Goods Sold (COGS) naik terseret harga komoditas pangan.
Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro juga menilai mayoritas kinerja emiten LQ45 sesuai perkiraan. Menurut Nico, hanya ada dua emiten yang sejauh ini membukukan bottom line di bawah ekspektasi.
Mereka adalah EXCL dan UNVR. Sebagai informasi, laba bersih EXCL turun 14% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 1,1 triliun. Sedangkan laba UNVR merosot 6,78% menjadi Rp 5,36 triliun. Meski begitu, Nico memberikan catatan UNVR punya Return on Equity (ROE) mencapai 129%, paling tinggi di antara emiten lainnya.
Nico memprediksi secara umum emiten LQ45 lain yang belum merilis laporan kinerja 2022 akan punya hasil positif. Mayoritas melanjutkan kinerja periode kuartal ketiga 2022.
"Emiten sektor energi di LQ45 yang belum rilis layak dicermati karena potensial akibat booming komoditas," kata Nico kepada Kontan.co.id, Minggu (26/2).
Ekspektasi Dividen
Bagi emiten dengan laba bersih di atas ekspektasi, akan dominan mendapatkan respons positif dari pasar. Apalagi untuk emiten-emiten yang secara historis gemar menebar dividen. "Ini akan berkorelasi positif dengan potensi kenaikan harga saham," imbuh Nico.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM, turut menilai mayoritas laporan keuangan 2022 masih sesuai dengan konsensus. Sejauh ini investor memberikan respons dengan sentimen jangka pendek terhadap rilis kineja 2022.
Selanjutnya, investor akan mengkalkulasi dampak dari pembagian dividen. "Di samping itu, pasar masih akan menunggu kinerja awal tahun 2023 (Q1) yang akan di release kick off pada bulan April nanti," ujar Roger.
Baca Juga: IHSG Kesulitan Tembus Level 7.000, Ini Deretan Penghambatnya
Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, juga melihat pelaku pasar sedang menantikan kebijakan pembagian dividen. Terutama yang meraih kinerja apik seperti emiten perbankan, yang diproyeksikan memiliki dividend payout ratio dan dividend yield menarik.
Ekspektasi tersebut bakal menjadi katalis positif bagi pergerakan harga saham emiten bank. Nasib berbeda bisa dialami oleh emiten batubara. Meski sama-sama mengantongi kinerja cemerlang pada 2022, tapi dampaknya berpotensi tidak signifikan mendongkrak harga saham.
Pelaku pasar akan mempertimbangkan harga batubara yang kini sudah cenderung melandai, sehingga kinerja keuangan pada tahun 2023 berpotensi melambat. Dus, kebijakan pembagian dividen akan mempertimbangkan strategi emiten mempertahankan cash flow ke depan.
Potensi berbeda di bisnis minyak dan gas (migas). Reopening China berpeluang meningkatkan permintaan minyak mentah secara global. Selain itu, pembatasan produksi minyak mentah Rusia yang rencananya berlaku pada Maret 2023 dapat mengerek harga komoditas ini.
Rekomendasi Saham
Untuk emiten yang sudah merilis laporan keuangan 2022, Ratih menyematkan rekomendasi buy untuk saham BBCA dan BRIS. Saham BBCA bisa dikoleksi pada area Rp 8.650, target harga di level Rp 8.950 dan pertimbangkan cutloss pada posisi Rp 8.550.
Sedangkan BRIS menarik dikoleksi pada area Rp 1.630, target harga pada level Rp 1.750, stoploss jika turun ke Rp 1.550. Untuk emiten LQ45 yang belum merilis laporan keuangan 2022, Ratih menjagokan saham PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) dan PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).
Saham ACES bisa dikoleksi pada area Rp 515 dengan target harga Rp 570, dan cutloss saat turun ke Rp 490. Untuk saham MEDC, pelaku pasar bisa koleksi pada harga Rp 1.100, untuk target harga Rp 1.200, dan cutloss pada Rp 1.040.
Nico merekomendasikan buy saham BMRI, BBRI, dan ITMG, yang juga merupakan anggota dari IDX High Dividen 20. Harga saham ketiganya berpotensi naik hingga tanggal pengumuman ex-dividend date. Secara valuasi pun dinilai masih murah dibandingkan rata-rata industrinya.
Baca Juga: Sepekan IHSG Turun 0,57%, Investor Mencermati Langkah The Fed
Secara teknikal, saham ITMG menarik untuk beli dengan target resistance terdekat di Rp 37.000. Jika tertembus, saham ITMG berpotensi naik ke level Rp 39.000. Sedangkan target harga untuk BMRI dan BBRI masing-masing di Rp 10.300 dan Rp 4.870.
Saham perbankan juga menjadi pilihan Valdy, dengan rekomendasi trading buy BBCA dan BMRI. Untuk BBCA, target harga ada di Rp 8.925 dan Rp 9.225, stoploss pada Rp 8.450. Sedangkan target harga BMRI ada di Rp 10.350 dan Rp 10.800, stoploss di Rp 9.725.
Roger juga turut menjagokan saham BBCA dan BMRI. Selain kedua emiten bank bigcaps itu, Roger punya saham jagoan di sektor barang baku yang mengalami lonjakan kinerja keuangan di tahun 2022, yakni ESSA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News