Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) akan memecah nilai saham atau stock split. Pemecahan nilai saham ini dilakukan dengan rasio 1:2.
BMRI berharap pasca stock split likuiditas perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan meningkat. Pasca stock split jumlah saham BMRI yang beredar menjadi 93,33 miliar.
Aksi ini paling lambat akan dilaksanakan 30 hari setelah rapat umum pemegang saham (RUPS) pada 3 Februari.
Kepala Riset Aldiracita Sekuritas Agus Pramono menilai, aksi stock split sebenarnya tidak mengubah valuasi saham.
Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Bank Mandiri (BMRI) di Tengah Rencana Stock Split
Menurut Agus, valuasi saham emiten pelat merah ini memang sudah premium.
Akan tetapi, valuasi ini akan diimbangi dengan return on equity (ROE) yang diharapkan membaik ke depan.
Adapun target harga yang dipasang Agus untuk saham BMRI yakni Rp 11.900, atau 2,2 kali price to book value (PBV) di tahun ini.
Pada perdagangan Senin (6/2) saham BMRI turun 0,5% menjadi Rp 9.875 per saham.
Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM mengatakan, stock split BMRI merupakan sentimen positif bagi pasar dan saham BMRI.
Secara valuasi, Mirae Asset Sekuritas masih merekomendasikan sektor perbankan di tahun ini, termasuk BMRI.
Dengan fundamental dan likuiditas yang lebih kuat, Roger meyakini BMRI akan terus fokus pada pertumbuhan kredit maupun simpanan.
Roger juga menilai, likuiditas BMRI saat ini cukup terjaga dengan current account saving account (CASA) yang lebih tinggi dan dapat menjaga cost of fund.
Baca Juga: Akan Stocksplit, Analis Bahana Sekuritas Rekomendasikan Beli Saham BMRI
Roger memperkirakan, net interest margin (NIM) pada tahun ini akan naik.
Kualitas aset BMRI juga akan terus membaik.
Analis Bahana Sekuritas Yusuf Ade Winoto dalam riset 2 Februari 2023 juga rekomendasi beli saham BMRI dengan target harga Rp 10.900.
Yusuf merevisi naik estimasi laba bersih BMRI untuk tahun ini sebesar 13% menjadi Rp 51,24 triliun dari Rp 45,29 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News