Reporter: Kenia Intan | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih betah berada di bawah level 6.000 sepanjang bulan Mei 2021. Pada penutupan perdagangan Kamis (31/5), IHSG bertengger di level 5.947,46.
Adapun IHSG di bulan Mei 2021 lebih rendah 0,80% dibandingkan penutupan perdagangan bulan April 2021 yang berada pada level 5.995,616.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, beberapa saham blue chips mengalami penurunan harga hingga menjadi pemberat (laggard) pergerakan IHSG. Adapun saham-saham laggard sepanjang bulan Mei 2021 adalah TPIA, BRIS, ASII, BRPT, BMRI, POLL, SMMA, ICBP, dan HMSP.
Baca Juga: Ada rilis data tingkat inflasi, IHSG diperkirakan melanjutkan penguatan Rabu (2/6)
Asal tahu saja, saham-saham yang menjadi penopang atau leader di bulan Mei 2021 justru didominasi oleh saham non-blue chips. Beberapa saham yang dimaksud adalah ARTO, BBRI, TLKM, SAMF, EMTK, DCII, UNTR, DMMX, TCPI, dan IBST.
Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengungkapkan, saham-saham blue chips menjadi pemberat IHSG karena rebalancing indeks dan perpindahan arus dana terhadap saham-saham non-blue chips. Misalnya, aliran arus dana terhadap saham-saham perbankan kecil karena sentimen bank digital.
Walau tergolong sebagai saham laggard, William melihat ASII dan BMRI masih layak direkomendasikan. ASII terdorong sentimen PPnBM, sementara BMRI secara hsitoris memiliki proses pemulihan yang cepat. Saham perbankan lain yang menarik menurut William adalah BBRI.
Terhadap tiga saham tersebut, ia menyarankan buy dengan target harga Rp 5.500- Rp 5.825 per saham untuk ASII, Rp 6.700 per saham untuk BMRI, dan Rp 4.500 per saham untuk BBRI.
Sementara untuk saham-saham yang sudah menjadi leader sepanjang bulan Mei 2021, William memperkirakan pergerakannya masih mampu menguat walau terbatas. "Karena risiko profit taking," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (31/5).
Baca Juga: Supply-demand diprediksi terganggu akibat lockdown, begini prospek saham komoditas
Ia mencontohkan saham ARTO yang sepanjang bulan Mei 2021 sudah meningkat 19,7% dan berkontribusi mengerek IHSG paling signifikan hingga 23,4 poin. Penguatan drastis itu menjadikan ARTO saham yang paling rawan mengalami profit taking.
Sementara secara teknikal, saham-saham leader yang masih disarankan buy karena risiko profit taking minim adalah TLKM dengan target harga Rp 3.640 per saham, DMMX dengan target harga Rp 1.300- Rp 1.500 per saham, dan EMTK dengan target harga Rp 2.500 -Rp 2.800 per saham.
Senada, Analis Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr mencermati saham-saham laggard di bulan Mei 2021 itu memiliki potensi rebound di bulan Juni. "Akhir-akhir ini ini sudah agak mendingan, inflow sudah mulai masuk, blue chips pelan-pelan mulai perform," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (31/5).
Sebelumnya, saham-saham berkapitalisasi pasar jumbo memang tertekan oleh outflow asing yang dipicu sentimen kasus Covid-19 di Asia, yield US Treasury yang masih tinggi, serta volatilitas rupiah terhadap US dolar.
Di antara saham-saham yang menjadi leader IHSG sepanjang bulan Mei 2021, ia melihat saham BBRI, BMRI, BBNI, ASII, ICBP, TLKM, dan EXCL masih menarik.
Baca Juga: Begini prospek saham komoditas saat Malaysia, India dan Australia lockdown
Untuk saham-saham perbankan seperti BBRI, BMRI, dan BBNI direkomendasikan buy dengan target harga konsensus masing-masing di Rp 5.070 per saham, Rp 8.000 per saham, dan Rp 7.300 per saham.
Adapun untuk saham ASII, ICBP, TLKM, dan EXCL juga disarankan buy dengan target harga masing-masing Rp 6.700 per saham, Rp 12.100 per saham, Rp 4.100 per saham, dan Rp 3.100 per saham.
Ia mencermati, saham-saham tersebut menarik karena harganya sudah turun cukup dalam dan relatif di bawah rata-rata PE/PBV lima tahunnya. Di samping itu, potential upside masih besar dan inflow sudah mulai mendukung pergerakan sahamnya.
Selanjutnya: Analis ini memproyeksikan IHSG melemah di awal bulan Juni 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News