Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sumber Global Energy Tbk (SGER) gencar melancarkan ekspansi ke segmen bisnis mineral dan energi baru terbarukan (EBT). Bersamaan dengan strategi ini, SGER tetap getol membidik kontrak-kontrak baru untuk penjualan batubara.
Business Development Head Sumber Global Energy Julius Edy Wibowo mengungkapkan SGER ingin meningkatkan penjualan domestik untuk nikel, mineral non-logam dan batubara. Rencana ini akan dilakukan melalui anak usaha PT Sumber Mineral Global Abadi (SMGA).
SMGA merupakan perusahaan yang bergerak di bidang usaha perdagangan, dimana 90% sahamnya dimiliki oleh SGER. Melalui SMGA, SGER menggenggam kepemilikan tidak langsung pada sejumlah perusahaan di bidang pertambangan dan perdagangan minyak.
Lewat entitas anak usaha SMGA, SGER sedang menjajaki peluang bisnis pengolahan mineral pasir silika dan pasir besi untuk kebutuhan pasar lokal dan ekspor. SGER juga menargetkan pertambangan batu gamping (limestone) akan beroperasi pada tahun 2024.
Baca Juga: Ekspansi Bisnis Nikel & Mineral, SGER Siap Bawa Anak Usaha IPO Tahun ini
"Ada beberapa pengembangan processing plant yang harus kami bangun. Juga untuk pasir besi yang sekarang sudah dalam persiapan final untuk bisa up and running di akhir tahun ini," terang Julius dalam public expose insidentil yang digelar secara virtual, Rabu (27/9).
Keseriusan SGER untuk menggenjot ekspansi akan diwujudkan dengan membawa SMGA melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Julius mengungkapkan, secara internal SGER menargetkan penawaran umum perdana saham alias Initial Public Offering (IPO) SMGA bisa tuntas pada 30 November 2023.
Dalam IPO SMGA ini, SGER membidik dana segar sekitar Rp 200 miliar.
"SMGA sudah on the way persiapan untuk IPO. Target realisasi tahun ini, sekitar akhir November, untuk pengembangan trading usaha kami," ungkap Julius.
Tak hanya membentangkan sayapnya ke bidang usaha mineral, SGER juga menjajaki bisnis EBT. SGER mengembangkan usaha perdagangan wood pellet melalui anak usahanya, Hineni Resources, yang telah melakukan eksklusif off-take agreement dengan Sampoerna Kayoe.
Selain itu, SGER sedang menjajaki potensi ekspor cangkang sawit (palm shell) dengan beberapa pabrik pengolahan kelapa sawit. Bersamaan dengan aksi tersebut, SGER siap menggarap biomassa dan pembangkit listrik mini hydro power.
Dalam mengembangkan mini hydro, SGER akan menjajaki kerja sama dengan perusahaan yang sudah memiliki Power Purchase Agreement (PPA) dengan PLN. Untuk proyek ini, SGER melirik wilayah Sumatera Barat dan Sumatera Utara.
"Target pengembangan kapasitas antara 10 MW - 20 MW untuk tahap awal," ungkap Julius.
Baca Juga: Mutuagung (MUTU) Siap Manfaatkan Potensi Bisnis dari Sertifikasi Bursa Karbon
Guna memuluskan rencana ekspansi bisnis mineral dan EBT tersebut, Direktur Keuangan Sumber Global Energy Cendrasuri Ependy mengatakan SGER mengalokasikan belanja modal (capex) senilai US$ 20 juta. Dari capex tersebut, SGER baru menyerap sebesar US$ 7 juta.
Cendrasuri memprediksi kontribusi dari bisnis mineral dan EBT sudah bisa meningkat mulai tahun depan. Pasalnya, untuk tahun 2023 pendapatan SGER masih dominan bersumber dari bisnis penjualan batubara.
Hingga semester I-2023, penjualan batubara memang masih mendominasi secara signifikan pendapatan SGER. Kontribusi dari penjualan batubara mencapai Rp 6 triliun atau 99,5% dari total pendapatan bersih SGER.
Dalam periode separuh pertama 2023, SGER membukukan lonjakan kinerja yang cukup signifikan. Pendapatan bersih SGER melejit 69,86% secara tahunan menjadi Rp 6,03 triliun. SGER meraih laba bersih sebesar Rp 611,65 miliar atau meningkat 28,45% dibandingkan capaian semester I-2022.
SGER berupaya menjaga tren pertumbuhan kinerja tersebut. Cendrasuri mengungkapkan SGER ingin pertumbuhan laba bersih setidaknya bisa terjaga di level 10% dan pendapatan antara 10%-20% dibandingkan capaian tahun 2022.
Direktur Utama Sumber Global Energy Welly Thomas menambahkan, dengan mempertimbangkan kondisi pasar dan harga komoditas batubara, SGER memproyeksikan volume penjualan yang konservatif pada tahun ini. Targetnya tidak jauh berbeda dari tahun lalu, yakni sekitar 8 juta ton.
Dengan perbaikan pasar di semester II-2023, Welly optimistis target tersebut bisa tercapai. Apalagi realisasi penjualan pada semester I-2023 sudah mencapai 5 juta ton. Welly menegaskan, SGER pun masih gencar memburu kontrak-kontrak baru.
SGER sedang menyasar beberapa negara di Asia Tenggara. Dari Malaysia, SGER membidik kontrak sekitar 300.000 ton. Lalu dari Vietnam mengincar tender hingga 3 juta ton batubara.
"Kami juga coba masuk lagi ke Filipina. Sudah ada spot penjualan, tapi kami coba untuk mendapatkan yang long term," tandas Welly.
Sekadar mengingatkan, harga saham SGER sudah melaju kencang dalam dua bulan terakhir. Jika dihitung sejak awal tahun 2023 (year to date), SGER sudah melejit 233,85%. Pada perdagangan Rabu (27/9), SGER ditutup turun 3,12% ke posisi Rp 2.170 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News